Sabtu, 25 Oktober 2014

Terkini Ratu Shima



A.SEJARAH SINGKAT RATU SHIMA
Sejak dulu ternyata Kota Jepara telah menghasilkan 3 tokoh perempuan yang sangat tangguh dan fenomenal yang  tercatat dalam sejarah Indonesia, yaitu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat serta RA Kartini. Presiden Soekarno pada tanggal 2 Mei 1964 sosok RA. Kartini dinyatakan sebagai pendekar nasional.
Secara histioris Ratu Shima berasal dari kerajaan Kalingga (sekitar era ke 6). Ratu Shima merupakan sosok pimpinan yang  jujur adil dan tegas  sehingga sangat dicintai oleh rakyatnya. Sebagai penguasa tunggal di Kerajaan Kalingga, Ratu Shima dikenal mempunyai peraturan yang tegas soal pencurian. Hukum potong tangan diterapkan bagi siapa saja yang mencuri barang milik orang lain. Hukum yang dibentuk itupun berlaku untuk seluruh rakyat termasuk keluarga kerajaan. Sebuah bentuk persamaan hak di mata hukum. Salah satu perundangan yang benar-benar dipegang teguh yaitu potong tangan terhadap para pencuri, meski yang melaksanakan hal itu anaknya sendiri sekali pun.
Ratu Shima yaitu ratu penguasa Kerajaan Kalingga yang terletak di pantai utara Jawa Tengah sekitar tahun 567 M. Ia menerapkan aturan yang keras dan tegas untuk memberantas pencurian dan kejahatan, dan mengajarkan  rakyatnya senantiasa jujur. Dalam sejarah dikisahkan ada seorang raja asing yang meletakkan kantung berisi emas di tengah-tengah persimpangan jalan bersahabat alun-alun ibu kota Kalingga. Raja asing ini melaksanakan hal itu lantaran ia mendengar kabar wacana kejujuran rakyat Kalingga dan ratunya yang adil bijaksana dan tegas sehingga  raja itupun berniat menguji kebenaran kabar tersebut.
Kenyataanya memang benar semenjak kantong berisi emas tersebut diletakkan hingga waktu yang sangat usang tidak seorangpun berani menyentuh kantung yang bukan miliknya itu, sehingga suatu hari tiga tahun kemudian, ada sang putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung
itu dengan kakinya. Demi menjunjung aturan Ratu Shima menjatuhkan eksekusi mati kepada putranya. Dewan menteri memohon biar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi eksekusi dipotong kakinya. Akhirnya  Sang Ratu menjatuhkan eksekusi potong kaki terhadap pangeran untuk dijadikan rujukan kepada rakyatnya bahwa aturan itu harus adil, tegas dan tanpa pandang bulu (Sebagian sumber ada yang menyampaikan potong tangan)

Kerajaan Kalingga mempunyai pertalian dengan Kerajaan Galuh. Putri dari Ratu Shima yang dikenal sebagai Putri Parwati menikah dengan putra mahkota Kerajaan Galuh yang dikenal sebagai Mandiminyak yang kemudian menjadi raja kedua di Kerajaan Galuh.
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram. Ia kemudian menjadi pemuka dari sebuah dinasti atau wangsa populer sebagai Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno (Hindu).
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Raja Sanjaya juga menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara. Ia mempunyai putra yaitu Rakai Panangkaran .
Menurut Carita Parahyangan Cicit Ratu Shima yaitu Sanjaya yang menjadi Raja Galuh, dan berdasarkan Prasasti Canggal yaitu pendiri Kerajaan Medang di Mataram. Berdasarkan Naskah Wangsakerta disebutkan bahwa Ratu Shima berbesan dengan penguasa terakhir Tarumanegara.

Nyidam
Nyidam merupakan hal yang lumrah bagi perempuan hamil. Siapa saja tatkala hamil seringkali mencicipi yang namanya Nyidam. Bahkan, seorang ratu pun sanggup mencicipi nyidam ketika hamil. Nyidam selalu diidentikan dengan usul atau harapan yang aneh-aneh. Sehingga, seringkali membutuhkan pengorbanan untuk memenuhi nyidam itu. Meski sulit dan butuh pengorbanan nyidam harus terpenuhi, jikalau nyidamnya tidak terpenuhi, mitos yang beredar luas di masyarakat, konon kelak ketika si jabang bayi lahir akan selalu ngiler (mengeluarkan air liur).
Sebagai wanita, Ratu Shima kala tengah mengandung tujuh bulan pun mengalami rasa nyidam. Meskipun seorang ratu, Ratu Shima kala itu nyidam buah kecapi. Buah yang rame rasanya, manis-asam-segar. Sang Ratu Shima ingin mencari dan memetik sendiri buah yang diingini itu. Ratu Shima tak ingin mengutus punggawanya mencarikan buah tersebut. Pasalnya, Ratu Shima khawatir jikalau mengutus punggawanya, begitu kembali ke hadapannya buah yang diingini sudah tidak segar lagi.
Dari Keling rombongan berjalan kaki menuju ke arah barat. Setengah hari berjalan Ratu Shima belum juga menemukan buah yang diidamkan itu. Beberapa desa pun sudah dilewati, tapi hasil pencariannya itu masih nihil. Saat tiba di suatu wilayah yang banyak ditumbuhi pohon rembulung, Ratu Shima beserta pengikutnya beristirahat. Kini tempat yang dijadikan peristirahatan tersebut diberi nama Desa Bulungan. Setelah rasa lelah hilang, rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Baru berjalan beberapa waktu, para punggawa Ratu Shima berteriak, "kecapi... kecapi....kecapi," berulang-ulang. Ya, ternyata mereka telah menemukan sejumlah pohon kecapai yang tengah berbuah lebat. Tanpa ragu lagi, Ratu Shima segera rutun dari tandunya. Bergegas memetik buah kecapi yang diidamkan itu. Oleh alasannya yaitu itulah, wilayah di sebelah selatan Desa Bulungan itu kini dinamakan Desa Kecapi

B. KERAJAAN KALINGGA
Mengenai keberadaan kerajaan Kalingga hingga ketika ini menjadi sebuah perdebatan yang tidak ada akhirnya. Sebagian orang meyakini bahwa Kerajaan Kalingga berada di India dan sebagian lagi menyampaikan ada di Pulau Jawa (Indonesia). Terlepas dari semua itu, yang terang bukti-bukti sejarah memperlihatkan bahwa di Jawa pernah berdiri sebuah kerajaan bernama  Ho-ling (berdasarkan sumber gosip Cina) yang bertempat di Cho-po (Jawa). Selain kronik Cina, sumber yang memuat data mengenai keberadaan kerajaan ini yaitu Prasasti Tuk Mas. Pendapat bahwa yang dimaksud dengan kerajaan Ho-ling adalah kerajaan Kalingga yang berada di Jawa Tengah dikemukakan oleh Prof. Krom.Ratu Shima yang Tegas
Banyak bermacam-macam pendapat mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga, namun yang terang bahwa kebanyakan fakfa sejarah memperlihatkan lebih dari 75% menyatakan kalau Ratu Shima ketika memimpin kerajaanya berada di Kerajaan Kalingga  yang terpusat di Ho-ling (Keling), Keling yaitu termasuk wilayah Kabupaten Jepara sekarang, yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa.
Berita keberadaan Ho-ling juga sanggup diperoleh dari gosip dan catatan yang berasal dari zaman Dinasti Tang Cina, dalam  Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memperlihatkan citra wacana kerajaan  Ho-ling sebagai berikut :
   
Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera. 
Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
Raja tinggal di suatu bangunan besar ber tingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai menciptakan minuman keras dari bunga kelapa.
Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula warak dan gading gajah.

Catatan dari gosip Cina ini juga menyebutkan bahwa semenjak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia yaitu seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat kondusif dan tentram.
Apa yang telah diceritakan tersebut jikalau dihubungkan dengan situasi dan kondisi  Ho-ling (Keling) yang terletak di wilayah Jepara kini ini dengan ciri-ciri tersebut maka semakin berpengaruh dugaan kita bahwa memang Daerah Keling itulah dulunya tempat Kerajaan Kalingga berada ketika dipinpin oleh Ratu Shima yang populer jujur, adil dan tegas tersebut. Adapun mengenai situasi dan kondisi keling tersebut kini ini sudah ada perubahaan  yaitu sangat masuk akal mengingat sejarah Ratu Shima sudah berlalu sekitar 1.464  tahun yang kemudian di tahun 2013 ini.
Ada beberapa hal penting yang bertautan positif antara Kerajaan Kalingga yang bercorakkan Hindu Siwais dengan dunia peradaban islam , yaitu dalam sejarah Islam pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M  Khalifah Ustman bin Affan pernah mengirimkan utusanya  ke Daratan Cina dengan misi mengenalkan islam, waktu itu hanya berselang 20 tahun dari wafanya Rasulullah SAW dan utusan tersebut sebelum hingga tujuan bersinggah dulu di Nusantara.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan  ( 644-657 M) juga pernah mengutus delegasinya bernama  Muawiyah bin Abu Sufyan  pernah mengirimkan utusanya ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada ketika itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini yaitu raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam, kemudian kalangan aristokrat Jawa yang memeluk islam adalah  Rakeyan Sancang seorang Pangeran dari Tarumanegara, Rakeyan Sancang  hidup pada kekhalifahan  Ali bin Abi Thalib (656-661) .
Rakeyan Sancang diceritakan, pernah turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M). Kemudian yang tercatat dalam sejarah raja Sriwijaya yang masuk islam yaitu Sri Indravarman sesudah kerusuhan Kanton meletus dimana banyak imigran muslim Cina masuk ke wilayah Sriwijaya yang terjadi pada Islam masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).
Begitu juga antara Kalingga dengan dengan Cina sudah terjadi kontak perdagangan dan pengiriman rohaniawan yang diceritakan pada Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada era ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu sentra pengetahuan agama Buddha Hinayana.
Di Ho-ling ada pendeta Cina berjulukan Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Cina. Ia berhubungan dengan pendeta Jawa berjulukan seorang berjulukan Hwi-ning tiba ke Ho-ling dan tinggal di tempat itu selama tiga tahun (664-667). Dengan pemberian seorang pendeta Ho-ling yang berjulukan Yoh-na-po-t’o-lo (kemungkinnan besar pelafalan Cina untuk Jnanabhadra) ia menerjemahkan kitab suci Buddha Hinayana.
Nama Jnanabhadra sendiri berasal dari sebuah prasasti bertarikh 650 Masehi yang ditulis dengan huruf Pallawa berbahasa Sansekerta, ditemukan di Tuk Mas di Desa Dakawu (kini termasuk Grabag, Magelang) di lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah.
 Isi prasasti yaitu kebanggaan kepada mata air yang keluar dari gunung yang mengakibatkan sebuah sungai bagaikan Sungai Gangga. Di atas goresan pena prasasti tersebut dipahatkan gambar leksana dan alat-alat upacara berupa cakra, sangkha, trisula, kundi, kapak, gunting, dolmas, stap, dan empat bunga fatma. Benda-benda ini terang merupakan sembahan penganut Siwa. Berikut terjelamahan prasasti tersebut:
“ Mata air yang airnya jernih dan cuek ini ada yang keluar dari watu atau pasir ke tempat yang banyak bunga tanjung putih, serta mengalir ke sana-sini. Sesudah menjadi suatu kemungkinan mengalir menyerupai sungai Gangga.”.

Peninggalan
Sebenarnya jikalau mau melaksanakan penelusuran prasasti dan peninggalan  Kerajaan Kalingga  yaitu sangat banyak sekali, hal ini mengingat daerah kekuasaan Kerajaan Kalingga sangat luas bahkan hingga ke luar Jawa namun sentra pemerintahanya tetap di Ho-ling tersebut sehingga kadang adanya penemuan-penemuan prasasti atau lainya di luar area Ho-ling dianggap disitulah tempat Ratu Shima dulu pernah berada.

Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan wacana mata air yang higienis dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar menyerupai trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan kekerabatan insan dengan dewa-dewa Hindu.

Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar era ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya berjulukan Santanu, ibunya berjulukan Bhadrawati, sedangkan istrinya berjulukan Sampula. Prof. Drs. Boechari beropini bahwa tokoh yang berjulukan Dapunta Selendra yaitu cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Candi Angin
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Candi Bubrah Jepara
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Kedua temuan prasasti ini memperlihatkan bahwa tempat pantai utara Jawa Tengah tepatnya di Ho-ling (Keling) pada jaman dahulu pernah ada dan berkembang Kerajaan Kalingga yang dipimpin seorang perempuan perkasa, jujur, adil dan tegas sehingga sering dijuluki Sang Ratu Kejujuran dan Keadilan.

C. SEGI TIGA EMAS SEJARAH NUSANTARA
Bila dilihat dari sejarah keberadaan Kerajaan Kalingga, pada pemerintahan Ratu Shima telah terjadi kontak perdagangan dan keagamaan antara Kerajaan Kalingga dengan dengan para peadagang Gujarat yang sebagian besar dari para pedagang  Arab dan Persia, kemudian kekerabatan Kalingga dengan  Cina yang juga telah terurai dalam kisah Dinasti Tang dan kisah I-Tsing.
Terjadinya kontak dagang dan keagamaan ini yaitu masuk akal mengingat kerajaan Kalingga yaitu kerajaan yang besar yang terletak di daerah Pantai Utara Jepara sehingga Ratu Shima dalam memimpin pemerintahan pada ketika itu sudah  sanggup menyerap aneka macam informasi dari dunia luar baik dari Tanah Arab dan Persia (Iran) maupun dari Daratan Cina bahkan Ratu Shima sudah mengetahui agama tauhid yang dibawa Nabi Muhammad SAW, hal ini lantaran hanya ada sedikit selisih tahun semenjak kelahiran Nabi, Nabi Muhammad SAW lahir 20 April 571 jikalau ditambah umurnya yang hanya 63 tahun lebih 3 hari maka 571+63 = 632 M ( Nabi Muhammad SAW wafat 8 Juni 632 M) , sedangkan Ratu Shima sudah ada mulai tahun 567 M, tidak menutup kemungkinan Ratu Shima pernah hidup sejaman dengan Nabi Muhammad SAW.
Dengan adanya kontak perdagangan ini kemudian diikuti adanya kontak keagamaan, para pedagang Gujarat ( Arab dan Persia ) yang membawa misi dakwah islam dari fatwa Nabi Muhammad SAW yang berkembang di Mekkah dan Madinah risikonya menjalar ke Asia tenggara diantaranya ke Cina dan Nusantara.
Delegasi Khalifah Ustman bin Affan pada tahun 651 M misalnya, sebelum sempat hingga ke daratan China ternyata sudah singgah terlebih dahulu di Nusantara tentu saja tidak hanya singgah sebentar kemudian eksklusif ke Cina melainkan telah terjadi kontak komunikasi keagamaan dan ijab kabul dengan penduduk setempat sehingga secara tidak eksklusif masyarakat setempat mulai mengenal islam, kemudian tahun 674 M Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di panta barat Sumatra, kemudian sesudah terjadi penetrasi budaya islam dengan peduduk setempat lambat laun terjadi komunitas islam dengan membentuk kerajaan Islam dengan sebutan Kesultanan Perlak, Kerajaan Perlak  merupakan kerajaan islam pertama Nusantara yang berkuasa pada tahun 840-1292 M disekitar wilayah Peureulak (Perlak) (Aceh Timur), Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Adapun Kerajaan Perlak didirikan pada 1 Muharram 225 H/840 M oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Shah, sedangkan perkembangan di Jawa pada ketika itu sudah ada dan berkembang Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu yang sebelumnya juga sudah ada Kerajaan Kalingga, Kerajaan Kalingga dianggap Kerajaan Pertama yang pernah ada di Pulau Jawa, Kemudian di tanah Sumatra juga berkembang Kerajaan Budha Sriwijaya yang sempat menyerang ke Kerajaan Perlak pada tahun 988 M. Kemudian di Jawa disusul lagi munculnya kerajaan yang sangat berpengaruh yaitu Kerajaan Majapahit (1293-1478 M) dan sesudah Majapahit hancur digantikan Kerajaan Islam Demak Bintoro oleh Sultan Fattah tahun  1478 yang masih keturunan Raja Majapahit Brawijaya V
Tampaknya peradaban islam yang berkembang pada ketika itu tidak bisa  terelakkan lagi dan sangat mempengaruhi sejarah peradaban islam nusantara ke depan meski sebelumnya di Nusantara sudah ada agama Hindu yang lahir di Negeri India Sekitar Tahun 1500 SM, yang emiliki Kitab Suci yang berjulukan Weda dan mempunyai Kepercayaan Terhadap Tiga Dewa Yang Disebut Tri Murti , kemudian disusul ada Agama Hindu Agama juga lahir di India sekitar tahun 500 SM, agama Ini Juga Memiliki Kitab Suci yang disebut Tripitaka,Yang berarti Himpunan Tiga Kitab Suci agama Budha. Diantara inti fatwa Budha yaitu pertama, bahwa  hidup itu harus menjalani samsara ( penindasan kepada diri sendiri) melalui astawidya ( tujuh jalan untuk mencapai kebenaran). Kedua, bahwa hidup itu harus memahami wacana Pratistyamut pada ( dua belas rantai alasannya yaitu akhir hidup)

Sedangkan Agama Islam hadir di Nusantara dengan membawa misi islam  yang pertama yaitu memperkuat aqidah insan menuju agama tauhid yang hanya meyakini adanya Allah SWT dan mempercayai bahwa Nabi Muhammad yaitu utusan Allah SWT sekaligus Nabi akhiruzzan, islam juga meyakini adanya alam ghaib dan adanya hari tamat ( hari tamat zaman ) semuanya itu terangkum dalam Rukun Iman, jadi rukun iman lebih menitikberatkan pada keyakinan individu terhadap adanya Allah SWT yang terpancar dari isi rukun Iman yaitu percaya adanya Allah,kitab-kitabNya, Nabi-nabiNya,Para Malaikatnya,Qadlo-qodarNya dan hari kiamat. Kedua yaitu Rukun Islam yaitu sebuah standar umat islam dalam beribadah kepada Allah SWT yang berupa syariat islam yang bersifat dhohiriyah , rukun islam lebih menitikberatkan pada nilai-nilai tata cara beribadah kepada Allah SWT (seperti shalat) yang  disinergikan dengan masalah-masalah kepekaan sosial (contohnya  zakat dan puasa) serta mengambil pesan yang tersirat dalam meneladani para Nabi-nabi Allah yang terekam dalam perjalanan ibadah haji.
Inti fatwa islam yang ketiga yaitu Ikhsan   yaitu fatwa islam yang menganjurkan untuk berbuat baik kepada Allah SWT dan ciptaanya. Ikhsan ini lebih menitikberatkan adanya kerja sama antara rukun iman dan rukun islam yang divisualisasikan (yang diwujudkan) dalam sebuah tingkah laris yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ikhsan akan memperlihatkan pada kualitas seorang muslim sejati lantaran mereka telah dianggap sanggup mensinergikan ketiga inti pokok fatwa islam yaitu : rukun iman, rukun islam dan ikhsan dalam kehidupanya sehari-hari baik dilingkungan kerja maupun lingkungan sosial
Waktu Pemerintahan Utsman  (Arab) yang mengirim utusanya dari Arab  ke Cina dan Jawa kemudian imbas dari Cina ke Jawa secara tidak eksklusif telah membentuk segi tiga emas sejarah islam  nusantara  yang diawali dengan kunjunganya ke Kalingga, kemudian dalam perkembangan islam di Jawa  semakin berkembang pesat pada era Walisongo di Jawa.   Pada era ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di Cina juga telah mengirimkan seorang putrinya yang sudah beragama Islam kepada Raja Brawijaya  V untuk dinikahinya sebagai menandakan persahabatn meskipun pada ketika itu Raja Brawijaya V sudah punya permaisuri dari Champa (Kamboja).
Hasil pernikahanya dengan putri Cina risikonya melahirkan Sultan Fattah sebagai Sultan Kerajaan Islam Demak Bintoro, Perjuangan Raden Fattah diteruskan putranya Pati Unus ( Pangeran Sabrang Lor), kemudian dilanjutkan Sultan Trenggono, adapun Sultan Trenggono merupakan ayahanda Ratu Kalinyamat yang diperistri Sunan Hadlirin Mantingan (Adhipati Jepara) yang sangat gigih dalam memimpin pemerintahanya (setelah wafatnya Sunan Hadlirin) Ratu Kalinyamat yang sangat anggun juga sangat pemberani dalam melawan penjajahan Portugis pada ketika itu sehingga dengan kegigihanya tersebut orang Portugis ketika itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang perempuan yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Ratu Kalinyamat risikonya dinobatkan sebagai penguasa Jepara yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 kemudian tanggal penobatanya tersebut diabadikan sebagai Hari Kaprikornus Jepara, Hari Kaprikornus Jepara dikasih “pembatas sejarah” dengan slogan TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.


Terkait Wisata Sejarah di Jepara KLIK DI SINI

Sumber :
www.seliwangi.blogspot.com
www.merdeka.com
www.kidnesia.com