This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 30 Januari 2018

Sangat Viral Sepakbola Spanyol 'Darurat' Rasisme!


Hari-hari ini sepakbola Spanyol terus diwarnai dengan agresi rasisme. Ejekan rasis dari pemain dan penggemar, termasuk penggunaan kata bergairah acap mengganggu jalannya pertandingan di Liga Spanyol. Pada pertengahan Januari kemudian misalnya, dalam suatu wawancara pertandingan dengan BeIN Sports, Jefferson Lerma, gelandang Levante, menyebut jikalau Iago Aspas, striker Celta Vigo memanggilnya 'pemain serba hitam' selama pertandingan berlangsung.

Atas tindakan itu, Lerma lantas melaporkan kejadian itu kepada wasit. Alih-alih didengarkan, berdasarkan pemain berkebangsaan Kolombia itu, Alvarez Izquierdo menolak pengaduannya. Izquerdo selaku wasit malah menyampaikan kepada Lerma bahwa ia muak dengan keluhan para pemain.

"Saya memberi tahu wasit, tapi ia menyampaikan kepada saya bahwa ia muak dengan pemain yang mengeluh kepadanya." ujar Lerma mirip dilansir Bleacher Report.

Petugas pertandingan juga tidak mencatat dugaan pelecehan rasis dalam laporan pertandingannya. Beberapa jam sesudah tuduhan Lerma, Aspas merilis sebuah pernyataan di situs Celta Vigo yang menyampaikan bahwa ia menolak dikatakan melecehkan Lerma.  "Apa yang dikatakan di lapangan, tetap di lapangan." tulisnya.

Melihat itu, La Liga lantas meminta Federasi Sepakbola Spanyol melaksanakan penyelidikan atas kejadian tersebut. Namun sejumlah pihak menduga, bahwa tanpa bukti, mirip kesaksian saksi atau rekaman, kemungkinan kasus itu akan menemui jalan buntu. Menurut analisis koran terbesar di Galisia, La Poz menganggap kejadian itu hampir mirip dengan apa yang terjadi pada laga semifinal Liga Champions 2010/11 kemudian antara Real Madrid melawan Barcelona.

Beberapa waktu sesudah pertandingan itu selesai digelar, Real Madrid merilis sebuah video yang menjelaskan jikalau gelandang Barca, Sergio Busquets memanggil bek Madrid, Marcelo dengan sebutan  "mono, mono" ("monyet, monyet").

Tak usang sesudah itu, Barcelona lantas merespon tuduhan Madrid dengan menyampaikan jikalau Busquets hanya menyampaikan 'mucho morro' yang berarti 'kau punya pipi'. Atas inisden itu Sergio Busquets kemudian lolos dari hukuman sesudah penyelidikan oleh UEFA. Menurut La Poz, Sergio Busquets berhasil lepas dari eksekusi alasannya yakni minimnya bukti yang berpengaruh dan meyakinkan.

"Ada persoalan rasisme di sepakbola Spanyol," kata Jimmy Burns, seorang penulis populer sekaligus jurnalis yang lahir di Madrid.

"Sebagaian dari masalahnya yakni bahwa terlepas dari semua itu retorika, kita semua menantang rasisme dan kita mematuhi peraturan UEFA. Ada iklim peraturan yang lemah yang diciptakan oleh federasi sepakbola Spanyol, oleh pihak berwenang Spanyol," tambahnya mirip dikutip dari Bleacher Report.

Kejadian rasis yang paling terekspos  dalam beberapa tahun terakhir yakni dikala Barcelona mengunjungi Villarreal, April 2014. Bek Barca, Dani Alves - yang kini bermain di PSG akan melaksanakan tendangan pojok, namun seketika pula seorang penggemar melempar pisang ke arahnya.

Tak hanya itu, bintang Atletico Madrid, Antoine Griezmann juga tak luput dari kasus serupa. Griezmann membuat kontroversi dikala ia mem-posting foto dirinya di Instagram mirip pemain bola basket tahun 80-an.

Ketika menerima hujatan dari warganet ia membela diri dengan menyampaikan bahwa gambar itu diposkan sebagai sebuah penghormatan. "Tenanglah, saya yakni penggemar Harlem Globetrotters dan saat-saat indah. Ini yakni penghormatan." ungkapnya mirip dilansir Daily Telegraph. Namun, tak usang sesudah itu, Griezmann menghapus gambar itu sekaligus meminta maaf atas unggahannya tersebut.

Maraknya agresi rasis di negeri matador diduga sebagai buntut dari lemahnya Federasi Sepakbola Spanyol dalam menindak para pelaku agresi tak terpuji tersebut. Selain itu, perang terhadap rasisme di Liga Spanyol tampaknya perlu ditingkatkan semoga kejadian busuk itu tidak berulang secara terus-menerus.

Penulis: Wira Wahyu Utama

Sangat Viral Sepakbola Spanyol 'Darurat' Rasisme!


Hari-hari ini sepakbola Spanyol terus diwarnai dengan agresi rasisme. Ejekan rasis dari pemain dan penggemar, termasuk penggunaan kata bergairah acap mengganggu jalannya pertandingan di Liga Spanyol. Pada pertengahan Januari kemudian misalnya, dalam suatu wawancara pertandingan dengan BeIN Sports, Jefferson Lerma, gelandang Levante, menyebut jikalau Iago Aspas, striker Celta Vigo memanggilnya 'pemain serba hitam' selama pertandingan berlangsung.

Atas tindakan itu, Lerma lantas melaporkan kejadian itu kepada wasit. Alih-alih didengarkan, berdasarkan pemain berkebangsaan Kolombia itu, Alvarez Izquierdo menolak pengaduannya. Izquerdo selaku wasit malah menyampaikan kepada Lerma bahwa ia muak dengan keluhan para pemain.

"Saya memberi tahu wasit, tapi ia menyampaikan kepada saya bahwa ia muak dengan pemain yang mengeluh kepadanya." ujar Lerma mirip dilansir Bleacher Report.

Petugas pertandingan juga tidak mencatat dugaan pelecehan rasis dalam laporan pertandingannya. Beberapa jam sesudah tuduhan Lerma, Aspas merilis sebuah pernyataan di situs Celta Vigo yang menyampaikan bahwa ia menolak dikatakan melecehkan Lerma.  "Apa yang dikatakan di lapangan, tetap di lapangan." tulisnya.

Melihat itu, La Liga lantas meminta Federasi Sepakbola Spanyol melaksanakan penyelidikan atas kejadian tersebut. Namun sejumlah pihak menduga, bahwa tanpa bukti, mirip kesaksian saksi atau rekaman, kemungkinan kasus itu akan menemui jalan buntu. Menurut analisis koran terbesar di Galisia, La Poz menganggap kejadian itu hampir mirip dengan apa yang terjadi pada laga semifinal Liga Champions 2010/11 kemudian antara Real Madrid melawan Barcelona.

Beberapa waktu sesudah pertandingan itu selesai digelar, Real Madrid merilis sebuah video yang menjelaskan jikalau gelandang Barca, Sergio Busquets memanggil bek Madrid, Marcelo dengan sebutan  "mono, mono" ("monyet, monyet").

Tak usang sesudah itu, Barcelona lantas merespon tuduhan Madrid dengan menyampaikan jikalau Busquets hanya menyampaikan 'mucho morro' yang berarti 'kau punya pipi'. Atas inisden itu Sergio Busquets kemudian lolos dari hukuman sesudah penyelidikan oleh UEFA. Menurut La Poz, Sergio Busquets berhasil lepas dari eksekusi alasannya yakni minimnya bukti yang berpengaruh dan meyakinkan.

"Ada persoalan rasisme di sepakbola Spanyol," kata Jimmy Burns, seorang penulis populer sekaligus jurnalis yang lahir di Madrid.

"Sebagaian dari masalahnya yakni bahwa terlepas dari semua itu retorika, kita semua menantang rasisme dan kita mematuhi peraturan UEFA. Ada iklim peraturan yang lemah yang diciptakan oleh federasi sepakbola Spanyol, oleh pihak berwenang Spanyol," tambahnya mirip dikutip dari Bleacher Report.

Kejadian rasis yang paling terekspos  dalam beberapa tahun terakhir yakni dikala Barcelona mengunjungi Villarreal, April 2014. Bek Barca, Dani Alves - yang kini bermain di PSG akan melaksanakan tendangan pojok, namun seketika pula seorang penggemar melempar pisang ke arahnya.

Tak hanya itu, bintang Atletico Madrid, Antoine Griezmann juga tak luput dari kasus serupa. Griezmann membuat kontroversi dikala ia mem-posting foto dirinya di Instagram mirip pemain bola basket tahun 80-an.

Ketika menerima hujatan dari warganet ia membela diri dengan menyampaikan bahwa gambar itu diposkan sebagai sebuah penghormatan. "Tenanglah, saya yakni penggemar Harlem Globetrotters dan saat-saat indah. Ini yakni penghormatan." ungkapnya mirip dilansir Daily Telegraph. Namun, tak usang sesudah itu, Griezmann menghapus gambar itu sekaligus meminta maaf atas unggahannya tersebut.

Maraknya agresi rasis di negeri matador diduga sebagai buntut dari lemahnya Federasi Sepakbola Spanyol dalam menindak para pelaku agresi tak terpuji tersebut. Selain itu, perang terhadap rasisme di Liga Spanyol tampaknya perlu ditingkatkan semoga kejadian busuk itu tidak berulang secara terus-menerus.

Penulis: Wira Wahyu Utama

Sangat Viral Sepakbola Spanyol 'Darurat' Rasisme!


Hari-hari ini sepakbola Spanyol terus diwarnai dengan agresi rasisme. Ejekan rasis dari pemain dan penggemar, termasuk penggunaan kata bergairah acap mengganggu jalannya pertandingan di Liga Spanyol. Pada pertengahan Januari kemudian misalnya, dalam suatu wawancara pertandingan dengan BeIN Sports, Jefferson Lerma, gelandang Levante, menyebut jikalau Iago Aspas, striker Celta Vigo memanggilnya 'pemain serba hitam' selama pertandingan berlangsung.

Atas tindakan itu, Lerma lantas melaporkan kejadian itu kepada wasit. Alih-alih didengarkan, berdasarkan pemain berkebangsaan Kolombia itu, Alvarez Izquierdo menolak pengaduannya. Izquerdo selaku wasit malah menyampaikan kepada Lerma bahwa ia muak dengan keluhan para pemain.

"Saya memberi tahu wasit, tapi ia menyampaikan kepada saya bahwa ia muak dengan pemain yang mengeluh kepadanya." ujar Lerma mirip dilansir Bleacher Report.

Petugas pertandingan juga tidak mencatat dugaan pelecehan rasis dalam laporan pertandingannya. Beberapa jam sesudah tuduhan Lerma, Aspas merilis sebuah pernyataan di situs Celta Vigo yang menyampaikan bahwa ia menolak dikatakan melecehkan Lerma.  "Apa yang dikatakan di lapangan, tetap di lapangan." tulisnya.

Melihat itu, La Liga lantas meminta Federasi Sepakbola Spanyol melaksanakan penyelidikan atas kejadian tersebut. Namun sejumlah pihak menduga, bahwa tanpa bukti, mirip kesaksian saksi atau rekaman, kemungkinan kasus itu akan menemui jalan buntu. Menurut analisis koran terbesar di Galisia, La Poz menganggap kejadian itu hampir mirip dengan apa yang terjadi pada laga semifinal Liga Champions 2010/11 kemudian antara Real Madrid melawan Barcelona.

Beberapa waktu sesudah pertandingan itu selesai digelar, Real Madrid merilis sebuah video yang menjelaskan jikalau gelandang Barca, Sergio Busquets memanggil bek Madrid, Marcelo dengan sebutan  "mono, mono" ("monyet, monyet").

Tak usang sesudah itu, Barcelona lantas merespon tuduhan Madrid dengan menyampaikan jikalau Busquets hanya menyampaikan 'mucho morro' yang berarti 'kau punya pipi'. Atas inisden itu Sergio Busquets kemudian lolos dari hukuman sesudah penyelidikan oleh UEFA. Menurut La Poz, Sergio Busquets berhasil lepas dari eksekusi alasannya yakni minimnya bukti yang berpengaruh dan meyakinkan.

"Ada persoalan rasisme di sepakbola Spanyol," kata Jimmy Burns, seorang penulis populer sekaligus jurnalis yang lahir di Madrid.

"Sebagaian dari masalahnya yakni bahwa terlepas dari semua itu retorika, kita semua menantang rasisme dan kita mematuhi peraturan UEFA. Ada iklim peraturan yang lemah yang diciptakan oleh federasi sepakbola Spanyol, oleh pihak berwenang Spanyol," tambahnya mirip dikutip dari Bleacher Report.

Kejadian rasis yang paling terekspos  dalam beberapa tahun terakhir yakni dikala Barcelona mengunjungi Villarreal, April 2014. Bek Barca, Dani Alves - yang kini bermain di PSG akan melaksanakan tendangan pojok, namun seketika pula seorang penggemar melempar pisang ke arahnya.

Tak hanya itu, bintang Atletico Madrid, Antoine Griezmann juga tak luput dari kasus serupa. Griezmann membuat kontroversi dikala ia mem-posting foto dirinya di Instagram mirip pemain bola basket tahun 80-an.

Ketika menerima hujatan dari warganet ia membela diri dengan menyampaikan bahwa gambar itu diposkan sebagai sebuah penghormatan. "Tenanglah, saya yakni penggemar Harlem Globetrotters dan saat-saat indah. Ini yakni penghormatan." ungkapnya mirip dilansir Daily Telegraph. Namun, tak usang sesudah itu, Griezmann menghapus gambar itu sekaligus meminta maaf atas unggahannya tersebut.

Maraknya agresi rasis di negeri matador diduga sebagai buntut dari lemahnya Federasi Sepakbola Spanyol dalam menindak para pelaku agresi tak terpuji tersebut. Selain itu, perang terhadap rasisme di Liga Spanyol tampaknya perlu ditingkatkan semoga kejadian busuk itu tidak berulang secara terus-menerus.

Penulis: Wira Wahyu Utama

Sangat Viral Video Gol-Gol Indah Sang Legenda Real Madrid, Ronaldo


Ini yakni video gol-gol terbaik Ronaldo, salah satu legenda Real Madrid.

Sangat Viral Video Gol-Gol Indah Sang Legenda Real Madrid, Ronaldo


Ini yakni video gol-gol terbaik Ronaldo, salah satu legenda Real Madrid.

Sangat Viral Video Gol-Gol Indah Sang Legenda Real Madrid, Ronaldo


Ini yakni video gol-gol terbaik Ronaldo, salah satu legenda Real Madrid.

Sangat Viral Memahami Geografi Spanyol Lewat La Liga


Salah satu laba menjadi pemerhati sepak bola Eropa ialah kita menjadi semakin memahami kondisi geografis negara-negara di Eropa. Tanpa perlu mencar ilmu geografi kedaerahan, dengan sendirinya kita akan tahu nama, letak dan karakteristik masyarakat kota-kota di benua biru.

Spanyol ialah salah satu negara besar dengan sistem pemerintahan tertua di dunia yang hingga kini masih menciptakan resah orang-orang yang mencoba mempelajarinya. Nah, sepak bola gotong royong cukup membantu dalam hal ini.

Seperti kebanyakan negara yang masih mempertahankan sistem pemerintahan monarki, status kepala negara Spanyol dipegang oleh anggota kerajaan yang memegang mandat.

Saat ini, kehormatan itu dipegang Raja Felipe VI. Namun, pemerintahan dijalankan oleh seorang perdana menteri.

Yang menciptakan Spanyol unik ialah sistem pemerintahannya yang cukup berbeda dengan negara-negara monarki lainnya. Pemerintahan negara di pesisir maritim Mediterania ini terdesentralisasi dengan tiap-tiap pemerintah tempat berhak menjalankan pemerintahannya sendiri.

Meski demikian, baik pemerintah resmi maupun masyarakat Spanyol tidak pernah menyebut bahwa negara mereka ialah negara federasi, menyerupai Amerika Serikat, misalnya.

Perbedaan lainnya terletak pada struktur vertikal pemerintahan Spanyol. Indonesia, misalnya, menempatkan provinsi eksklusif di bawah pemerintah pusat, dan membawahi beberapa kota dan kabupaten.

Di Spanyol, level provinsi berada di bawah suatu level manajemen berjulukan ‘comunidad’ (terjemahan harfiah: komunitas). Comunidad inilah yang menjadi pelaksana pemerintahan otonomi daerah.

Bingung? Kita tempatkan saja dalam pola Amerika Serikat. Comunidad setara dengan ‘state’ atau negara bab di Amerika Serikat. Jadi, Catalunya atau Andalusia sebagai comunidad setara dengan negara bab California atau Pennsylvania di Amerika Serikat.

Setelah itu, barulah provinsi berada di bawah otoritas comunidad. Selanjutnya, provinsi membawahi level-level manajemen yang lebih kecil berjulukan ‘comarca’.

Comarca sanggup dibilang sejajar dengan distrik atau negara bagian. Setelah comarca, barulah terdapat municipio (municipality), yaitu pemerintahan setara kotamadya atau kabupaten.

Yang menciptakan semuanya semakin membingungkan ialah di luar 17 comunidad pelaksana pemerintahan otonomi, terdapat juga dua kota yang berstatus istimewa dan mempunyai hak yang sama.

Kedua kota otonomi tersebut ialah Ceuta dan Melilla, yang tidak berhubungan sama sekali dengan comunidad atau provinsi manapun.

Sekarang, mari kita coba memetakan beberapa comunidad di Spanyol dengan tunjangan sepak bola. Comunidad terbesar dan terpadat di Spanyol ialah Andalusia.

Wilayah indah yang menyimpan sejarah kekaisaran Islam ini mempunyai kota-kota wisata populer menyerupai Sevilla, Granada dan Cordoba.

Andalusia pernah menjadi penyumbang wakil terbanyak di La Liga trend 2014-2015 dengan 5 wakil, yaitu Granada, Malaga, Sevilla, Cordoba dan Almeria. Sedangkan di trend 2016-2017, Andalusia diwakili tiga nama pertama plus Real Betis.

Kita juga sering membaca perihal dua comunidad yang secara politis sering bertolak belakang dari pemerintah pusat Spanyol, antara lain Catalunya dan Euskadi (Basque).

Catalunya cukup beruntung punya wakil yang populer di dunia, yaitu FC Barcelona. Di Camp Nou, salah satu stadion terbesar di dunia, masyarakat Catalunya sering menyuarakan tuntutan kemerdekaan wilayah mereka dari Spanyol.

Fans FC Barcelona mengibarkan bendera pro-kemerdekaan Catalonia, Estelada, di Stadion Camp Nou, Barcelona, Spanyol, dalam pertandingan Liga Champions 2015-2016 menghadapi BATE Borisov pada 4 November 2015.

Uniknya, mereka melaksanakan itu sambil menikmati aksi-aksi pemain-pemain FC Barcelona. Wakil-wakil lain dari Catalunya antara lain Espanyol, Girona, Reus, dan Gimnastic Tarragona.

Sementara itu, Basque punya klub-klub yang cukup konsisten di kompetisi kasta pertama dan kedua, antara lain Athletic Bilbao, Real Sociedad, Osasuna, dan tiga trend terakhir naik daun, Eibar.

Namun, jangan keburu menyimpulkan bahwa klub-klub tersebut mewakili kota mereka masing-masing. Di Spanyol, banyak nama kota yang cukup rancu alasannya ialah sekaligus merangkap menjadi nama provinsi yang menaunginya.

Seperti Barcelona dan Sevilla, yang merupakan nama kota sekaligus provinsi sehingga klub-klub yang berada di kedua kota tersebut gotong royong mewakili penduduk dalam ruang lingkup provinsi tersebut.

Valencia lebih unik lagi. Nama tersebut dipakai untuk tiga level administratif, antara lain kota/municipality, provinsi dan comunidad. Sedangkan kasus khusus berlaku pada Madrid.

Ibu kota negara ini tidak terikat pada provinsi manapun, dan eksklusif berada di bawah otoritas comunidad Madrid.

Semua paparan di atas ialah klarifikasi mengapa di La Liga seringkali terdapat pertandingan yang disebut ‘derby’ padahal klub-klub yang terlibat gotong royong terletak di kota-kota yang berbeda.

Rivalitas mereka dilihat dalam ruang lingkup comunidad, menyerupai Athletic Bilbao vs Real Sociedad (derby Basque), Valencia vs Villarreal (derby comunidad Valencia), Celta Vigo vs Deportivo La Coruna (derby Galicia), atau bahkan klub-klub dari kota kecil sewilayah menyerupai Leganes vs Alcorcon (derby comunidad Madrid).

Menariknya lagi, nyaris setiap comunidad mempunyai federasi sepak bola dan ‘tim nasional’ mereka sendiri, meski semua berstatus tidak resmi alasannya ialah tidak berada di bawah naungan FIFA.

Dalam hal ini, comunidad yang paling aktif ialah Catalunya, yang setiap tamat tahun mengadakan pertandingan persahabatan melawan negara-negara anggota FIFA. Mereka juga mempunyai turnamen sepak bola Catalan Cup, yang telah mengikat kolaborasi dengan banyak sponsor.

‘Timnas’ Basque juga cukup aktif melaksanakan laga-laga uji coba, terakhir pada tahun 2013 melawan Peru. Kedua tim cukup sering menantang satu sama lain. Tercatat sudah enam kali kedua ‘timnas’ bertemu dalam adu persahabatan.

Pertemuan terakhir kedua tim pada 2007 menampilkan sederet bintang sepak bola Spanyol antara lain Fernando Llorente, Fernando Amorebieta, Carles Puyol, dan Xavi Hernandez.

Namun, dari semuanya, mungkin inisiatif Andalusia pada tahun 2006-lah yang paling menyita perhatian dunia. Di tahun tersebut, tim ‘Andalusia Selection’ mengundang tim sepak bola adonan antara Israel dan Palestina untuk menyuarakan perdamaian bagi kedua negara yang terus-terusan bertikai tersebut.

Andalusia yang diperkuat Jose Manuel Pinto, Jose Antonio Reyes, Daniel Guiza dan almarhum Antonio Puerta memenangi pertandingan dengan skor 3-1 atas tim ‘Peace Selection’ yang antara lain diperkuat bintang-bintang Israel menyerupai Dudu Aouate, Haim Revivo dan pemain-pemain Palestina.

Penulis: Mahir Pradana ialah kontributor JUARA dan seorang dosen yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Spanyol. 



Sangat Viral Memahami Geografi Spanyol Lewat La Liga


Salah satu laba menjadi pemerhati sepak bola Eropa ialah kita menjadi semakin memahami kondisi geografis negara-negara di Eropa. Tanpa perlu mencar ilmu geografi kedaerahan, dengan sendirinya kita akan tahu nama, letak dan karakteristik masyarakat kota-kota di benua biru.

Spanyol ialah salah satu negara besar dengan sistem pemerintahan tertua di dunia yang hingga kini masih menciptakan resah orang-orang yang mencoba mempelajarinya. Nah, sepak bola gotong royong cukup membantu dalam hal ini.

Seperti kebanyakan negara yang masih mempertahankan sistem pemerintahan monarki, status kepala negara Spanyol dipegang oleh anggota kerajaan yang memegang mandat.

Saat ini, kehormatan itu dipegang Raja Felipe VI. Namun, pemerintahan dijalankan oleh seorang perdana menteri.

Yang menciptakan Spanyol unik ialah sistem pemerintahannya yang cukup berbeda dengan negara-negara monarki lainnya. Pemerintahan negara di pesisir maritim Mediterania ini terdesentralisasi dengan tiap-tiap pemerintah tempat berhak menjalankan pemerintahannya sendiri.

Meski demikian, baik pemerintah resmi maupun masyarakat Spanyol tidak pernah menyebut bahwa negara mereka ialah negara federasi, menyerupai Amerika Serikat, misalnya.

Perbedaan lainnya terletak pada struktur vertikal pemerintahan Spanyol. Indonesia, misalnya, menempatkan provinsi eksklusif di bawah pemerintah pusat, dan membawahi beberapa kota dan kabupaten.

Di Spanyol, level provinsi berada di bawah suatu level manajemen berjulukan ‘comunidad’ (terjemahan harfiah: komunitas). Comunidad inilah yang menjadi pelaksana pemerintahan otonomi daerah.

Bingung? Kita tempatkan saja dalam pola Amerika Serikat. Comunidad setara dengan ‘state’ atau negara bab di Amerika Serikat. Jadi, Catalunya atau Andalusia sebagai comunidad setara dengan negara bab California atau Pennsylvania di Amerika Serikat.

Setelah itu, barulah provinsi berada di bawah otoritas comunidad. Selanjutnya, provinsi membawahi level-level manajemen yang lebih kecil berjulukan ‘comarca’.

Comarca sanggup dibilang sejajar dengan distrik atau negara bagian. Setelah comarca, barulah terdapat municipio (municipality), yaitu pemerintahan setara kotamadya atau kabupaten.

Yang menciptakan semuanya semakin membingungkan ialah di luar 17 comunidad pelaksana pemerintahan otonomi, terdapat juga dua kota yang berstatus istimewa dan mempunyai hak yang sama.

Kedua kota otonomi tersebut ialah Ceuta dan Melilla, yang tidak berhubungan sama sekali dengan comunidad atau provinsi manapun.

Sekarang, mari kita coba memetakan beberapa comunidad di Spanyol dengan tunjangan sepak bola. Comunidad terbesar dan terpadat di Spanyol ialah Andalusia.

Wilayah indah yang menyimpan sejarah kekaisaran Islam ini mempunyai kota-kota wisata populer menyerupai Sevilla, Granada dan Cordoba.

Andalusia pernah menjadi penyumbang wakil terbanyak di La Liga trend 2014-2015 dengan 5 wakil, yaitu Granada, Malaga, Sevilla, Cordoba dan Almeria. Sedangkan di trend 2016-2017, Andalusia diwakili tiga nama pertama plus Real Betis.

Kita juga sering membaca perihal dua comunidad yang secara politis sering bertolak belakang dari pemerintah pusat Spanyol, antara lain Catalunya dan Euskadi (Basque).

Catalunya cukup beruntung punya wakil yang populer di dunia, yaitu FC Barcelona. Di Camp Nou, salah satu stadion terbesar di dunia, masyarakat Catalunya sering menyuarakan tuntutan kemerdekaan wilayah mereka dari Spanyol.

Fans FC Barcelona mengibarkan bendera pro-kemerdekaan Catalonia, Estelada, di Stadion Camp Nou, Barcelona, Spanyol, dalam pertandingan Liga Champions 2015-2016 menghadapi BATE Borisov pada 4 November 2015.

Uniknya, mereka melaksanakan itu sambil menikmati aksi-aksi pemain-pemain FC Barcelona. Wakil-wakil lain dari Catalunya antara lain Espanyol, Girona, Reus, dan Gimnastic Tarragona.

Sementara itu, Basque punya klub-klub yang cukup konsisten di kompetisi kasta pertama dan kedua, antara lain Athletic Bilbao, Real Sociedad, Osasuna, dan tiga trend terakhir naik daun, Eibar.

Namun, jangan keburu menyimpulkan bahwa klub-klub tersebut mewakili kota mereka masing-masing. Di Spanyol, banyak nama kota yang cukup rancu alasannya ialah sekaligus merangkap menjadi nama provinsi yang menaunginya.

Seperti Barcelona dan Sevilla, yang merupakan nama kota sekaligus provinsi sehingga klub-klub yang berada di kedua kota tersebut gotong royong mewakili penduduk dalam ruang lingkup provinsi tersebut.

Valencia lebih unik lagi. Nama tersebut dipakai untuk tiga level administratif, antara lain kota/municipality, provinsi dan comunidad. Sedangkan kasus khusus berlaku pada Madrid.

Ibu kota negara ini tidak terikat pada provinsi manapun, dan eksklusif berada di bawah otoritas comunidad Madrid.

Semua paparan di atas ialah klarifikasi mengapa di La Liga seringkali terdapat pertandingan yang disebut ‘derby’ padahal klub-klub yang terlibat gotong royong terletak di kota-kota yang berbeda.

Rivalitas mereka dilihat dalam ruang lingkup comunidad, menyerupai Athletic Bilbao vs Real Sociedad (derby Basque), Valencia vs Villarreal (derby comunidad Valencia), Celta Vigo vs Deportivo La Coruna (derby Galicia), atau bahkan klub-klub dari kota kecil sewilayah menyerupai Leganes vs Alcorcon (derby comunidad Madrid).

Menariknya lagi, nyaris setiap comunidad mempunyai federasi sepak bola dan ‘tim nasional’ mereka sendiri, meski semua berstatus tidak resmi alasannya ialah tidak berada di bawah naungan FIFA.

Dalam hal ini, comunidad yang paling aktif ialah Catalunya, yang setiap tamat tahun mengadakan pertandingan persahabatan melawan negara-negara anggota FIFA. Mereka juga mempunyai turnamen sepak bola Catalan Cup, yang telah mengikat kolaborasi dengan banyak sponsor.

‘Timnas’ Basque juga cukup aktif melaksanakan laga-laga uji coba, terakhir pada tahun 2013 melawan Peru. Kedua tim cukup sering menantang satu sama lain. Tercatat sudah enam kali kedua ‘timnas’ bertemu dalam adu persahabatan.

Pertemuan terakhir kedua tim pada 2007 menampilkan sederet bintang sepak bola Spanyol antara lain Fernando Llorente, Fernando Amorebieta, Carles Puyol, dan Xavi Hernandez.

Namun, dari semuanya, mungkin inisiatif Andalusia pada tahun 2006-lah yang paling menyita perhatian dunia. Di tahun tersebut, tim ‘Andalusia Selection’ mengundang tim sepak bola adonan antara Israel dan Palestina untuk menyuarakan perdamaian bagi kedua negara yang terus-terusan bertikai tersebut.

Andalusia yang diperkuat Jose Manuel Pinto, Jose Antonio Reyes, Daniel Guiza dan almarhum Antonio Puerta memenangi pertandingan dengan skor 3-1 atas tim ‘Peace Selection’ yang antara lain diperkuat bintang-bintang Israel menyerupai Dudu Aouate, Haim Revivo dan pemain-pemain Palestina.

Penulis: Mahir Pradana ialah kontributor JUARA dan seorang dosen yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Spanyol. 



Sangat Viral Memahami Geografi Spanyol Lewat La Liga


Salah satu laba menjadi pemerhati sepak bola Eropa ialah kita menjadi semakin memahami kondisi geografis negara-negara di Eropa. Tanpa perlu mencar ilmu geografi kedaerahan, dengan sendirinya kita akan tahu nama, letak dan karakteristik masyarakat kota-kota di benua biru.

Spanyol ialah salah satu negara besar dengan sistem pemerintahan tertua di dunia yang hingga kini masih menciptakan resah orang-orang yang mencoba mempelajarinya. Nah, sepak bola gotong royong cukup membantu dalam hal ini.

Seperti kebanyakan negara yang masih mempertahankan sistem pemerintahan monarki, status kepala negara Spanyol dipegang oleh anggota kerajaan yang memegang mandat.

Saat ini, kehormatan itu dipegang Raja Felipe VI. Namun, pemerintahan dijalankan oleh seorang perdana menteri.

Yang menciptakan Spanyol unik ialah sistem pemerintahannya yang cukup berbeda dengan negara-negara monarki lainnya. Pemerintahan negara di pesisir maritim Mediterania ini terdesentralisasi dengan tiap-tiap pemerintah tempat berhak menjalankan pemerintahannya sendiri.

Meski demikian, baik pemerintah resmi maupun masyarakat Spanyol tidak pernah menyebut bahwa negara mereka ialah negara federasi, menyerupai Amerika Serikat, misalnya.

Perbedaan lainnya terletak pada struktur vertikal pemerintahan Spanyol. Indonesia, misalnya, menempatkan provinsi eksklusif di bawah pemerintah pusat, dan membawahi beberapa kota dan kabupaten.

Di Spanyol, level provinsi berada di bawah suatu level manajemen berjulukan ‘comunidad’ (terjemahan harfiah: komunitas). Comunidad inilah yang menjadi pelaksana pemerintahan otonomi daerah.

Bingung? Kita tempatkan saja dalam pola Amerika Serikat. Comunidad setara dengan ‘state’ atau negara bab di Amerika Serikat. Jadi, Catalunya atau Andalusia sebagai comunidad setara dengan negara bab California atau Pennsylvania di Amerika Serikat.

Setelah itu, barulah provinsi berada di bawah otoritas comunidad. Selanjutnya, provinsi membawahi level-level manajemen yang lebih kecil berjulukan ‘comarca’.

Comarca sanggup dibilang sejajar dengan distrik atau negara bagian. Setelah comarca, barulah terdapat municipio (municipality), yaitu pemerintahan setara kotamadya atau kabupaten.

Yang menciptakan semuanya semakin membingungkan ialah di luar 17 comunidad pelaksana pemerintahan otonomi, terdapat juga dua kota yang berstatus istimewa dan mempunyai hak yang sama.

Kedua kota otonomi tersebut ialah Ceuta dan Melilla, yang tidak berhubungan sama sekali dengan comunidad atau provinsi manapun.

Sekarang, mari kita coba memetakan beberapa comunidad di Spanyol dengan tunjangan sepak bola. Comunidad terbesar dan terpadat di Spanyol ialah Andalusia.

Wilayah indah yang menyimpan sejarah kekaisaran Islam ini mempunyai kota-kota wisata populer menyerupai Sevilla, Granada dan Cordoba.

Andalusia pernah menjadi penyumbang wakil terbanyak di La Liga trend 2014-2015 dengan 5 wakil, yaitu Granada, Malaga, Sevilla, Cordoba dan Almeria. Sedangkan di trend 2016-2017, Andalusia diwakili tiga nama pertama plus Real Betis.

Kita juga sering membaca perihal dua comunidad yang secara politis sering bertolak belakang dari pemerintah pusat Spanyol, antara lain Catalunya dan Euskadi (Basque).

Catalunya cukup beruntung punya wakil yang populer di dunia, yaitu FC Barcelona. Di Camp Nou, salah satu stadion terbesar di dunia, masyarakat Catalunya sering menyuarakan tuntutan kemerdekaan wilayah mereka dari Spanyol.

Fans FC Barcelona mengibarkan bendera pro-kemerdekaan Catalonia, Estelada, di Stadion Camp Nou, Barcelona, Spanyol, dalam pertandingan Liga Champions 2015-2016 menghadapi BATE Borisov pada 4 November 2015.

Uniknya, mereka melaksanakan itu sambil menikmati aksi-aksi pemain-pemain FC Barcelona. Wakil-wakil lain dari Catalunya antara lain Espanyol, Girona, Reus, dan Gimnastic Tarragona.

Sementara itu, Basque punya klub-klub yang cukup konsisten di kompetisi kasta pertama dan kedua, antara lain Athletic Bilbao, Real Sociedad, Osasuna, dan tiga trend terakhir naik daun, Eibar.

Namun, jangan keburu menyimpulkan bahwa klub-klub tersebut mewakili kota mereka masing-masing. Di Spanyol, banyak nama kota yang cukup rancu alasannya ialah sekaligus merangkap menjadi nama provinsi yang menaunginya.

Seperti Barcelona dan Sevilla, yang merupakan nama kota sekaligus provinsi sehingga klub-klub yang berada di kedua kota tersebut gotong royong mewakili penduduk dalam ruang lingkup provinsi tersebut.

Valencia lebih unik lagi. Nama tersebut dipakai untuk tiga level administratif, antara lain kota/municipality, provinsi dan comunidad. Sedangkan kasus khusus berlaku pada Madrid.

Ibu kota negara ini tidak terikat pada provinsi manapun, dan eksklusif berada di bawah otoritas comunidad Madrid.

Semua paparan di atas ialah klarifikasi mengapa di La Liga seringkali terdapat pertandingan yang disebut ‘derby’ padahal klub-klub yang terlibat gotong royong terletak di kota-kota yang berbeda.

Rivalitas mereka dilihat dalam ruang lingkup comunidad, menyerupai Athletic Bilbao vs Real Sociedad (derby Basque), Valencia vs Villarreal (derby comunidad Valencia), Celta Vigo vs Deportivo La Coruna (derby Galicia), atau bahkan klub-klub dari kota kecil sewilayah menyerupai Leganes vs Alcorcon (derby comunidad Madrid).

Menariknya lagi, nyaris setiap comunidad mempunyai federasi sepak bola dan ‘tim nasional’ mereka sendiri, meski semua berstatus tidak resmi alasannya ialah tidak berada di bawah naungan FIFA.

Dalam hal ini, comunidad yang paling aktif ialah Catalunya, yang setiap tamat tahun mengadakan pertandingan persahabatan melawan negara-negara anggota FIFA. Mereka juga mempunyai turnamen sepak bola Catalan Cup, yang telah mengikat kolaborasi dengan banyak sponsor.

‘Timnas’ Basque juga cukup aktif melaksanakan laga-laga uji coba, terakhir pada tahun 2013 melawan Peru. Kedua tim cukup sering menantang satu sama lain. Tercatat sudah enam kali kedua ‘timnas’ bertemu dalam adu persahabatan.

Pertemuan terakhir kedua tim pada 2007 menampilkan sederet bintang sepak bola Spanyol antara lain Fernando Llorente, Fernando Amorebieta, Carles Puyol, dan Xavi Hernandez.

Namun, dari semuanya, mungkin inisiatif Andalusia pada tahun 2006-lah yang paling menyita perhatian dunia. Di tahun tersebut, tim ‘Andalusia Selection’ mengundang tim sepak bola adonan antara Israel dan Palestina untuk menyuarakan perdamaian bagi kedua negara yang terus-terusan bertikai tersebut.

Andalusia yang diperkuat Jose Manuel Pinto, Jose Antonio Reyes, Daniel Guiza dan almarhum Antonio Puerta memenangi pertandingan dengan skor 3-1 atas tim ‘Peace Selection’ yang antara lain diperkuat bintang-bintang Israel menyerupai Dudu Aouate, Haim Revivo dan pemain-pemain Palestina.

Penulis: Mahir Pradana ialah kontributor JUARA dan seorang dosen yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Spanyol. 



Senin, 29 Januari 2018

Sangat Viral 3 Bintang Ini Pilih Gabung Real Madrid Ketimbang Barcelona


Barcelona dan Real Madrid di bursa transfer pemain kerap berebut pemain. Barcelona dan Real Madrid seringkali dianggap daerah pemain mencapai puncak kariernya.

Sederet legenda sepak bola dunia memperkuat dua tim tersebut. Johan Cruyff, Diego Maradona, Ronaldo Luiz Nazario, Ronaldinho, Carles Puyol, sampai Xavi Hernandez pernah berkostum Barcelona.

Tapi, terdapat sejumlah pemain yang ternyata tidak menginginkan bergabung dengan klub asal Katalan itu. Para bintang lapangan hijau tersebut lebih tertarik berseragam putih-putih khas Real Madrid.

Ketika tiba usulan dari Barcelona, para pemain top dunia itu menolak. Bahkan, mereka rela menunggu datangnya usulan dari Los Blancos. Berikut 3 pemain bintang yang pilih gabung Real Madrid ketimbang Barcelona versi Sportskeeda:

1. Karim Benzema

Sejak bersinar dengan Olympique Lyon, Karim Benzema eksklusif menjadi incaran klub-klub besar Eropa. Real Madrid dan Barcelona pun tidak lepas dari klub yang dikaitkan dengan Benzema.

Striker asal Prancis itu masih belia pada 2009 dan diyakini punya masa depan cerah. Barcelona sempat menghubungi Benzema dan menyiapkannya sebagai pelapis Zlatan Ibrahimovic.

Namun, Benzema karenanya mendarat di Santiago Bernabeu dengan banderol 25 juta pound sterling. Benzema menentukan Real Madrid, kendati Barcelona menghubunginya lebih dulu.

"Ada beberapa klub yang menghubungi saya menyerupai Manchester United, Inter Milan dan Barcelona, tapi saya tetapkan untuk tiba ke sini," ungkap Benzema dikala gres bergabung dengan Los Blancos.

2. David Beckham

Manchester United pernah mempunyai gelandang sayap karismatik berjulukan David Beckham. Dia dikenal lewat tendangan bebasnya yang akurat dan punya kelebihan umpan silang dan jarak jauh.

Sir Alex Ferguson, instruktur MU kala itu mengalami masa-masa jelek dengan Beckham. Ferguson tetapkan menjual Beckham dan perundingan dengan Barcelona telah disepakati.

Namun, transfer ke Barcelona batal, alasannya Beckham hanya ingin hijrah ke Real Madrid. Akhirnya, Los Blancos benar-benar merekrut Beckham dengan banderol 35 juta euro. "Saya mendengar rumor bahwa saya mungkin akan dijual dan United telah menyetujui janji dengan Barcelona. Saya lalu terbang kembali ke London dan mencoba berbicara kepada Peter Kenyon. Dia menyampaikan itu benar, kami telah menyetujui sebuah janji dan dikala itulah saya berbicara dengan biro saya dan berkata, jikalau saya akan pindah, saya akan pindah ke Madrid," kata Beckham dalam sebuah wawancara di BBC.

3. Cristiano Ronaldo

Cristiano Ronaldo ingin tantangan gres sehabis enam ekspresi dominan bermain untuk Manchester United. Ronaldo telah memenangkan segalanya bersama The Red Devils.

Manajer MU dikala itu, Sir Alex Ferguson tidak menghalangi Ronaldo berganti kostum. Namun, Ferguson ternyata sempat mengupayakan Ronaldo pindah ke Barcelona, meski ada usulan dari Real Madrid.

Pada ekspresi dominan panas 2009, Real Madrid resmi memboyong Ronaldo dari MU seharga 80 juta pound sterling. Keinginan Ferguson melepas Ronaldo ke Barcelona diungkap oleh mantan presiden Real Madrid, Roman Calderon.

"Dalam beberapa ahad ini, beliau (Ferguson) mencoba menghalanginya ke Real Madrid; menyampaikan beliau ke Barcelona. Barcelona sangat senang; Tapi pada dikala itu tapi sangat penting, alasannya Ronaldo mengatakan: Saya tidak akan pergi ke klub lain kecuali Real Madrid," kata Calderon.

Sangat Viral 3 Bintang Ini Pilih Gabung Real Madrid Ketimbang Barcelona


Barcelona dan Real Madrid di bursa transfer pemain kerap berebut pemain. Barcelona dan Real Madrid seringkali dianggap daerah pemain mencapai puncak kariernya.

Sederet legenda sepak bola dunia memperkuat dua tim tersebut. Johan Cruyff, Diego Maradona, Ronaldo Luiz Nazario, Ronaldinho, Carles Puyol, sampai Xavi Hernandez pernah berkostum Barcelona.

Tapi, terdapat sejumlah pemain yang ternyata tidak menginginkan bergabung dengan klub asal Katalan itu. Para bintang lapangan hijau tersebut lebih tertarik berseragam putih-putih khas Real Madrid.

Ketika tiba usulan dari Barcelona, para pemain top dunia itu menolak. Bahkan, mereka rela menunggu datangnya usulan dari Los Blancos. Berikut 3 pemain bintang yang pilih gabung Real Madrid ketimbang Barcelona versi Sportskeeda:

1. Karim Benzema

Sejak bersinar dengan Olympique Lyon, Karim Benzema eksklusif menjadi incaran klub-klub besar Eropa. Real Madrid dan Barcelona pun tidak lepas dari klub yang dikaitkan dengan Benzema.

Striker asal Prancis itu masih belia pada 2009 dan diyakini punya masa depan cerah. Barcelona sempat menghubungi Benzema dan menyiapkannya sebagai pelapis Zlatan Ibrahimovic.

Namun, Benzema karenanya mendarat di Santiago Bernabeu dengan banderol 25 juta pound sterling. Benzema menentukan Real Madrid, kendati Barcelona menghubunginya lebih dulu.

"Ada beberapa klub yang menghubungi saya menyerupai Manchester United, Inter Milan dan Barcelona, tapi saya tetapkan untuk tiba ke sini," ungkap Benzema dikala gres bergabung dengan Los Blancos.

2. David Beckham

Manchester United pernah mempunyai gelandang sayap karismatik berjulukan David Beckham. Dia dikenal lewat tendangan bebasnya yang akurat dan punya kelebihan umpan silang dan jarak jauh.

Sir Alex Ferguson, instruktur MU kala itu mengalami masa-masa jelek dengan Beckham. Ferguson tetapkan menjual Beckham dan perundingan dengan Barcelona telah disepakati.

Namun, transfer ke Barcelona batal, alasannya Beckham hanya ingin hijrah ke Real Madrid. Akhirnya, Los Blancos benar-benar merekrut Beckham dengan banderol 35 juta euro. "Saya mendengar rumor bahwa saya mungkin akan dijual dan United telah menyetujui janji dengan Barcelona. Saya lalu terbang kembali ke London dan mencoba berbicara kepada Peter Kenyon. Dia menyampaikan itu benar, kami telah menyetujui sebuah janji dan dikala itulah saya berbicara dengan biro saya dan berkata, jikalau saya akan pindah, saya akan pindah ke Madrid," kata Beckham dalam sebuah wawancara di BBC.

3. Cristiano Ronaldo

Cristiano Ronaldo ingin tantangan gres sehabis enam ekspresi dominan bermain untuk Manchester United. Ronaldo telah memenangkan segalanya bersama The Red Devils.

Manajer MU dikala itu, Sir Alex Ferguson tidak menghalangi Ronaldo berganti kostum. Namun, Ferguson ternyata sempat mengupayakan Ronaldo pindah ke Barcelona, meski ada usulan dari Real Madrid.

Pada ekspresi dominan panas 2009, Real Madrid resmi memboyong Ronaldo dari MU seharga 80 juta pound sterling. Keinginan Ferguson melepas Ronaldo ke Barcelona diungkap oleh mantan presiden Real Madrid, Roman Calderon.

"Dalam beberapa ahad ini, beliau (Ferguson) mencoba menghalanginya ke Real Madrid; menyampaikan beliau ke Barcelona. Barcelona sangat senang; Tapi pada dikala itu tapi sangat penting, alasannya Ronaldo mengatakan: Saya tidak akan pergi ke klub lain kecuali Real Madrid," kata Calderon.

Sangat Viral 3 Bintang Ini Pilih Gabung Real Madrid Ketimbang Barcelona


Barcelona dan Real Madrid di bursa transfer pemain kerap berebut pemain. Barcelona dan Real Madrid seringkali dianggap daerah pemain mencapai puncak kariernya.

Sederet legenda sepak bola dunia memperkuat dua tim tersebut. Johan Cruyff, Diego Maradona, Ronaldo Luiz Nazario, Ronaldinho, Carles Puyol, sampai Xavi Hernandez pernah berkostum Barcelona.

Tapi, terdapat sejumlah pemain yang ternyata tidak menginginkan bergabung dengan klub asal Katalan itu. Para bintang lapangan hijau tersebut lebih tertarik berseragam putih-putih khas Real Madrid.

Ketika tiba usulan dari Barcelona, para pemain top dunia itu menolak. Bahkan, mereka rela menunggu datangnya usulan dari Los Blancos. Berikut 3 pemain bintang yang pilih gabung Real Madrid ketimbang Barcelona versi Sportskeeda:

1. Karim Benzema

Sejak bersinar dengan Olympique Lyon, Karim Benzema eksklusif menjadi incaran klub-klub besar Eropa. Real Madrid dan Barcelona pun tidak lepas dari klub yang dikaitkan dengan Benzema.

Striker asal Prancis itu masih belia pada 2009 dan diyakini punya masa depan cerah. Barcelona sempat menghubungi Benzema dan menyiapkannya sebagai pelapis Zlatan Ibrahimovic.

Namun, Benzema karenanya mendarat di Santiago Bernabeu dengan banderol 25 juta pound sterling. Benzema menentukan Real Madrid, kendati Barcelona menghubunginya lebih dulu.

"Ada beberapa klub yang menghubungi saya menyerupai Manchester United, Inter Milan dan Barcelona, tapi saya tetapkan untuk tiba ke sini," ungkap Benzema dikala gres bergabung dengan Los Blancos.

2. David Beckham

Manchester United pernah mempunyai gelandang sayap karismatik berjulukan David Beckham. Dia dikenal lewat tendangan bebasnya yang akurat dan punya kelebihan umpan silang dan jarak jauh.

Sir Alex Ferguson, instruktur MU kala itu mengalami masa-masa jelek dengan Beckham. Ferguson tetapkan menjual Beckham dan perundingan dengan Barcelona telah disepakati.

Namun, transfer ke Barcelona batal, alasannya Beckham hanya ingin hijrah ke Real Madrid. Akhirnya, Los Blancos benar-benar merekrut Beckham dengan banderol 35 juta euro. "Saya mendengar rumor bahwa saya mungkin akan dijual dan United telah menyetujui janji dengan Barcelona. Saya lalu terbang kembali ke London dan mencoba berbicara kepada Peter Kenyon. Dia menyampaikan itu benar, kami telah menyetujui sebuah janji dan dikala itulah saya berbicara dengan biro saya dan berkata, jikalau saya akan pindah, saya akan pindah ke Madrid," kata Beckham dalam sebuah wawancara di BBC.

3. Cristiano Ronaldo

Cristiano Ronaldo ingin tantangan gres sehabis enam ekspresi dominan bermain untuk Manchester United. Ronaldo telah memenangkan segalanya bersama The Red Devils.

Manajer MU dikala itu, Sir Alex Ferguson tidak menghalangi Ronaldo berganti kostum. Namun, Ferguson ternyata sempat mengupayakan Ronaldo pindah ke Barcelona, meski ada usulan dari Real Madrid.

Pada ekspresi dominan panas 2009, Real Madrid resmi memboyong Ronaldo dari MU seharga 80 juta pound sterling. Keinginan Ferguson melepas Ronaldo ke Barcelona diungkap oleh mantan presiden Real Madrid, Roman Calderon.

"Dalam beberapa ahad ini, beliau (Ferguson) mencoba menghalanginya ke Real Madrid; menyampaikan beliau ke Barcelona. Barcelona sangat senang; Tapi pada dikala itu tapi sangat penting, alasannya Ronaldo mengatakan: Saya tidak akan pergi ke klub lain kecuali Real Madrid," kata Calderon.

Sangat Viral 2018: Tahun Politik Atau Tahun Sepakbola?



Jika pertanyaan di atas ditanyakan kepada penulis, maka jawabannya ialah Tahun Sepakbola. Atau mungkin sedikit lebih luas 2018 ialah Tahun Olahraga. Di level dunia ada ada pesta sepakbola dunia (World Cup 2018) dan di level Asia ada pesta olahraga multi event Asia Games di Jakarta. Soal politik dan pilkada banyak yang memprediksi bahwa suhu politik akan memanas. Adalah Jusuf Kalla, politikus senior Golkar, sang Wapres, dengan enteng berseloroh: “Hangat di pembicaraan tapi tetap hambar di lapangan. Semua akan mengalir dan pada saatnya akan hambar kembali”. Sebuah statement pemimpin yang menenangkan.

Tahun 2017 sudah berakhir. Jejak-jejak waktu di tahun 2017 secara highlight dengan gampang dan cepat sanggup ditelusuri dengan membuka galeri foto dan status di media sosial. Lalu, selamat tiba 2018. Optimisme dan harapan harus tetap dirawat. Setidaknya 171 tempat akan menggelar pemilihan eksklusif kepala tempat (Pilkada), terdiri dari 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten. Parpol yang mengusung bakal calon kepala tempat akan memosisikan kemenangan Pilkada sebagai “babak kualifikasi” dan fondasi untuk sukses dalam Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden yang akan digelar serentak di Tahun 2019. Tahun 2018 ialah tahun politik.

Dalam sebuah ulasan ekonomi 2018 disebutkan Belanja Pemerintah di Tahun 2018 ialah APBN rasa Populis. Begitu banyak anggaran diecer eksklusif ke masyarakat. Semuanya sah-sah saja. Toh selama memberi pengaruh eksklusif kepada masyarakat lapis terendah, akan lebih memberi pengaruh luas, dibanding stimulus dan insentif yang diberikan kepada pelaku ekonomi kelas atas.

Lalu, apakah yang menarik selain melulu soal politik di Tahun 2018? Setidaknya ada dua lagi momentum yang semenjak kini di beberapa spot dibentuk hitung mundur (countdown) yaitu: World Cup 2018 di Rusia dan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang. Lalu pertanyaan lanjutannya, manakah yang lebih menarik dan menghibur? Politikkah? Sepakbola? Tentu akan ada banyak jawaban. Masing masing akan menjawab dengan argumentasi dan analisisnya masing masing.

Bagi penulis sendiri membuka peluang bahwa kedua-duanya menarik dan justru ada benang merahnya. Bagi Sindhunata, seorang filosof yang juga seorang jurnalis, sepakbola ialah sumber ilham dalam banyak hal, termasuk dalam politik. Dari catatannya kita bisa mengurai satu persatu hubungan antara sepakbola dengan sosial, ekonomi, politik, psikologi, filsafat atau apapun itu. Sindhunata dalam tulisannya, politik yang akan mewarnai sepakbola ataukah sebaliknya: sepakbola akan melebur hiruk pikuk politik menjadi sebuah hiburan?

Antara Cristiano Ronaldo, Ridwan Kamil dan Jokowi

Ada yang tidak mengenal tokoh tokoh di atas? Dalam banyak hal, ketiga tokoh ini ialah sebetulnya “pemain bola yang berpolitik” atau Politikus yang paham Sepakbola. Ronaldo, striker Tim Nasional Portugal dan Klub elit Real Madrid, ialah peraih FIFA Ballon D’Or, penghargaaan pemain sepakbola dunia terbaik sejagat. 4 tahun berturut turut. Dengan penghasilan Rp 5,3 T setahun dan 120.582.603 pengikutnya di media sosial. Dengan kepemimpinnya, Portugal justru menjadi Juara Eropa bukan pada ketika menjadi tuan rumah tahun 2012. Tapi Justru di Tahun 2016. Melawan Perancis yang menjadi tuan rumah dan menjadi unggulan. Kemampuannya memotivasi ketika detik detik tamat final dari dingklik cadangan, ialah menyerupai pemimpin politik yang berdiri di tengah tengah krisis politik. Maka ketika itu, Cristiano Ronaldo ialah “presiden” Portugal. Lalu adakah yang mengenal nama Presiden Portugal? Jangan jangan ada yang menyebut Cristiano Rinaldo, presidennya.

Lalu Ridwan Kamil, seorang arsitek profesional yang kemudiaan menjadi Walikota Bandung. Salah satu kandidat besar lengan berkuasa Gubernur Provinsi Jawa Barat dalam Pilkada 2018. Seperti Cristiano Ronaldo: ganteng, smart dan lihai memaksimalkan media umum dengan follower 3.256.122. Ide-ide nya dalam membangun Kota Bandung mirip skill dribling dan shooting Ronaldo atau Lionel Messi dalam memanfaatkan untuk menjadi gol dalam setiap pertandingan. Selalu menjadi pembeda dan solution maker di tengah kejenuhan dan kebuntuan suatu rutinitas dalam pakem pembangunan yang “business as usual”. Sebagai Walikota Bandung dan juga pendukung Persib, ia dengan lihai memanfaatkan eforia kesuksesan Persib menjadi juara Liga Indonesia untuk larut bersama bobotoh yang juga ialah “potential voter” yang besar.

Sementara Joko Widodo, ialah pemain dengan tipikal pekerja keras. Ahli Percepatan. 5 Tahun cukup baginya untuk meraih jabatan politik yang “wah” : Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Republik Indonesia dengan penduduk 250 juta jiwa. Meski berperawakan kurus, “klemat klemot” khas orang Jawa Solo, Jokowi ialah antitesa dari agresivitas gol Cristiano Ronaldo atau sang Walikota Ridwan Kamil yang elegan. Maka Jokowi ialah tipikal pemain bertahan (defensif). Dalam sistem defensif ini, pemain hanya betah di wilayahnya sendiri. Bertualang di tempat lawan sebisa-bisanya diminimalkan. Ide untuk menciptakan dan menentukan permainan, inisiatif untuk menyerang, memprovokasi supaya lawan juga mengatakan rujukan permainannya, semua ialah “larangan” dalam birokrasi sistem defensif. Sebaliknya, menanti dan mengharapkan lawan melaksanakan kesalahan, menanti kesempatan “counter”. Jokowi dengan sabar dan setia dibarisan belakang dan bisa mengoptimalkan semua pemain lain di semua lini untuk membentuk tim yang solid dan produktif. Lawan lawan politiknya takluk secara pelan pelan. Ibarat Timnas Italia, menjadi Juara Dunia 2010 atau tim non unggulan Estonia di Piala Dunia 2018 mendatang.

Tahun 2018: Siapakah Makara Pemenang?

Lalu pertanyaannya, di Tahun Politik, di Pilkada 2018, apakah periode politik menyerang atau justru kemenangan bagi politik bertahan? Apakah Cristiano Ronaldo akan kembali berjaya di Wold Cup Rusia? Yang terperinci Belanda, atau identik dengan Ahok, sang penganut filosofi menyerang (total football), tergoda oleh stareginya yang over agresif. Tetapi juga di sisi lain, Timnas Italia, sang penganut ketat politik bertahan sudah gugur di putaran final. Apakah ini bertanda pemain bertahan mirip Jokowi akan mirip itu? Ataukah kejayaan bagi penganut politik populis ala Ridwal Kamil?

Menurut Penulis, di tengah kegalauan yang amat sangat, makin lebarnya antara keinginan dan tuntutan kebutuhan, tekanan ekonomi yang makin berat, inflasi yang tidak terkendali, suku bunga bank yang tidak stabil, pajak yang makin mencekik, maka banyak mahir ekonomi dan futurolog yang memprediksi ekonomi akan bergerak realistis dan bahkan cenderung pesimistis. Para penonton, para pemilih, ataupun masyarakat kebanyakan akan lebih gampang menyukai dan mendapatkan “janji-janji” politik dan taktik permainan yang populis. Permainan politik yang santun dan menenangkan. Yang bisa bertahan dan memaksimalkan kemampuan yang ada untuk mencapai cita-cita impiannya. Sabar bertahan tetapi juga lihai menyerang pada ketika saat yang tepat.

Siapakah ia pemenangnya? Kita tunggu saja dan catat tanggal mainnya. Pilkada serentak telah dimulai semenjak proses registrasi penerima awal Januari 2018 dan akan memuncak pada pemungutan bunyi 27 Juni 2018. Sementara World Cup 2018 telah menentukan 32 penerima putaran final dan akan saling bertarung dari 14 Juni-15 Juli 2018.

Melihat puncak eskalasinya hampir berdekatan, tampaknya informasi Pilkada dan World Cup akan saling merebut headline media massa dan hiruk pikuk di media umum di medio Juli-Juli mendatang. Menurut penulis, situasi psikologis antara pencinta sepakbola dan penikmat politik akan berjalan linier. Tahun 2018 apakah tahun politik atau tahun sepakbola? jawabannya ialah akan bertemu dalam satu benang merah bahwa sepakbola atau politik akan indah apabila prosesnya berjalan dalam suasana yang jujur (fair play), saling menghormati (respect), dan antidiskriminasi dan SARA.

Penulis : M. Ramadhani


Sangat Viral 2018: Tahun Politik Atau Tahun Sepakbola?



Jika pertanyaan di atas ditanyakan kepada penulis, maka jawabannya ialah Tahun Sepakbola. Atau mungkin sedikit lebih luas 2018 ialah Tahun Olahraga. Di level dunia ada ada pesta sepakbola dunia (World Cup 2018) dan di level Asia ada pesta olahraga multi event Asia Games di Jakarta. Soal politik dan pilkada banyak yang memprediksi bahwa suhu politik akan memanas. Adalah Jusuf Kalla, politikus senior Golkar, sang Wapres, dengan enteng berseloroh: “Hangat di pembicaraan tapi tetap hambar di lapangan. Semua akan mengalir dan pada saatnya akan hambar kembali”. Sebuah statement pemimpin yang menenangkan.

Tahun 2017 sudah berakhir. Jejak-jejak waktu di tahun 2017 secara highlight dengan gampang dan cepat sanggup ditelusuri dengan membuka galeri foto dan status di media sosial. Lalu, selamat tiba 2018. Optimisme dan harapan harus tetap dirawat. Setidaknya 171 tempat akan menggelar pemilihan eksklusif kepala tempat (Pilkada), terdiri dari 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten. Parpol yang mengusung bakal calon kepala tempat akan memosisikan kemenangan Pilkada sebagai “babak kualifikasi” dan fondasi untuk sukses dalam Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden yang akan digelar serentak di Tahun 2019. Tahun 2018 ialah tahun politik.

Dalam sebuah ulasan ekonomi 2018 disebutkan Belanja Pemerintah di Tahun 2018 ialah APBN rasa Populis. Begitu banyak anggaran diecer eksklusif ke masyarakat. Semuanya sah-sah saja. Toh selama memberi pengaruh eksklusif kepada masyarakat lapis terendah, akan lebih memberi pengaruh luas, dibanding stimulus dan insentif yang diberikan kepada pelaku ekonomi kelas atas.

Lalu, apakah yang menarik selain melulu soal politik di Tahun 2018? Setidaknya ada dua lagi momentum yang semenjak kini di beberapa spot dibentuk hitung mundur (countdown) yaitu: World Cup 2018 di Rusia dan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang. Lalu pertanyaan lanjutannya, manakah yang lebih menarik dan menghibur? Politikkah? Sepakbola? Tentu akan ada banyak jawaban. Masing masing akan menjawab dengan argumentasi dan analisisnya masing masing.

Bagi penulis sendiri membuka peluang bahwa kedua-duanya menarik dan justru ada benang merahnya. Bagi Sindhunata, seorang filosof yang juga seorang jurnalis, sepakbola ialah sumber ilham dalam banyak hal, termasuk dalam politik. Dari catatannya kita bisa mengurai satu persatu hubungan antara sepakbola dengan sosial, ekonomi, politik, psikologi, filsafat atau apapun itu. Sindhunata dalam tulisannya, politik yang akan mewarnai sepakbola ataukah sebaliknya: sepakbola akan melebur hiruk pikuk politik menjadi sebuah hiburan?

Antara Cristiano Ronaldo, Ridwan Kamil dan Jokowi

Ada yang tidak mengenal tokoh tokoh di atas? Dalam banyak hal, ketiga tokoh ini ialah sebetulnya “pemain bola yang berpolitik” atau Politikus yang paham Sepakbola. Ronaldo, striker Tim Nasional Portugal dan Klub elit Real Madrid, ialah peraih FIFA Ballon D’Or, penghargaaan pemain sepakbola dunia terbaik sejagat. 4 tahun berturut turut. Dengan penghasilan Rp 5,3 T setahun dan 120.582.603 pengikutnya di media sosial. Dengan kepemimpinnya, Portugal justru menjadi Juara Eropa bukan pada ketika menjadi tuan rumah tahun 2012. Tapi Justru di Tahun 2016. Melawan Perancis yang menjadi tuan rumah dan menjadi unggulan. Kemampuannya memotivasi ketika detik detik tamat final dari dingklik cadangan, ialah menyerupai pemimpin politik yang berdiri di tengah tengah krisis politik. Maka ketika itu, Cristiano Ronaldo ialah “presiden” Portugal. Lalu adakah yang mengenal nama Presiden Portugal? Jangan jangan ada yang menyebut Cristiano Rinaldo, presidennya.

Lalu Ridwan Kamil, seorang arsitek profesional yang kemudiaan menjadi Walikota Bandung. Salah satu kandidat besar lengan berkuasa Gubernur Provinsi Jawa Barat dalam Pilkada 2018. Seperti Cristiano Ronaldo: ganteng, smart dan lihai memaksimalkan media umum dengan follower 3.256.122. Ide-ide nya dalam membangun Kota Bandung mirip skill dribling dan shooting Ronaldo atau Lionel Messi dalam memanfaatkan untuk menjadi gol dalam setiap pertandingan. Selalu menjadi pembeda dan solution maker di tengah kejenuhan dan kebuntuan suatu rutinitas dalam pakem pembangunan yang “business as usual”. Sebagai Walikota Bandung dan juga pendukung Persib, ia dengan lihai memanfaatkan eforia kesuksesan Persib menjadi juara Liga Indonesia untuk larut bersama bobotoh yang juga ialah “potential voter” yang besar.

Sementara Joko Widodo, ialah pemain dengan tipikal pekerja keras. Ahli Percepatan. 5 Tahun cukup baginya untuk meraih jabatan politik yang “wah” : Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Republik Indonesia dengan penduduk 250 juta jiwa. Meski berperawakan kurus, “klemat klemot” khas orang Jawa Solo, Jokowi ialah antitesa dari agresivitas gol Cristiano Ronaldo atau sang Walikota Ridwan Kamil yang elegan. Maka Jokowi ialah tipikal pemain bertahan (defensif). Dalam sistem defensif ini, pemain hanya betah di wilayahnya sendiri. Bertualang di tempat lawan sebisa-bisanya diminimalkan. Ide untuk menciptakan dan menentukan permainan, inisiatif untuk menyerang, memprovokasi supaya lawan juga mengatakan rujukan permainannya, semua ialah “larangan” dalam birokrasi sistem defensif. Sebaliknya, menanti dan mengharapkan lawan melaksanakan kesalahan, menanti kesempatan “counter”. Jokowi dengan sabar dan setia dibarisan belakang dan bisa mengoptimalkan semua pemain lain di semua lini untuk membentuk tim yang solid dan produktif. Lawan lawan politiknya takluk secara pelan pelan. Ibarat Timnas Italia, menjadi Juara Dunia 2010 atau tim non unggulan Estonia di Piala Dunia 2018 mendatang.

Tahun 2018: Siapakah Makara Pemenang?

Lalu pertanyaannya, di Tahun Politik, di Pilkada 2018, apakah periode politik menyerang atau justru kemenangan bagi politik bertahan? Apakah Cristiano Ronaldo akan kembali berjaya di Wold Cup Rusia? Yang terperinci Belanda, atau identik dengan Ahok, sang penganut filosofi menyerang (total football), tergoda oleh stareginya yang over agresif. Tetapi juga di sisi lain, Timnas Italia, sang penganut ketat politik bertahan sudah gugur di putaran final. Apakah ini bertanda pemain bertahan mirip Jokowi akan mirip itu? Ataukah kejayaan bagi penganut politik populis ala Ridwal Kamil?

Menurut Penulis, di tengah kegalauan yang amat sangat, makin lebarnya antara keinginan dan tuntutan kebutuhan, tekanan ekonomi yang makin berat, inflasi yang tidak terkendali, suku bunga bank yang tidak stabil, pajak yang makin mencekik, maka banyak mahir ekonomi dan futurolog yang memprediksi ekonomi akan bergerak realistis dan bahkan cenderung pesimistis. Para penonton, para pemilih, ataupun masyarakat kebanyakan akan lebih gampang menyukai dan mendapatkan “janji-janji” politik dan taktik permainan yang populis. Permainan politik yang santun dan menenangkan. Yang bisa bertahan dan memaksimalkan kemampuan yang ada untuk mencapai cita-cita impiannya. Sabar bertahan tetapi juga lihai menyerang pada ketika saat yang tepat.

Siapakah ia pemenangnya? Kita tunggu saja dan catat tanggal mainnya. Pilkada serentak telah dimulai semenjak proses registrasi penerima awal Januari 2018 dan akan memuncak pada pemungutan bunyi 27 Juni 2018. Sementara World Cup 2018 telah menentukan 32 penerima putaran final dan akan saling bertarung dari 14 Juni-15 Juli 2018.

Melihat puncak eskalasinya hampir berdekatan, tampaknya informasi Pilkada dan World Cup akan saling merebut headline media massa dan hiruk pikuk di media umum di medio Juli-Juli mendatang. Menurut penulis, situasi psikologis antara pencinta sepakbola dan penikmat politik akan berjalan linier. Tahun 2018 apakah tahun politik atau tahun sepakbola? jawabannya ialah akan bertemu dalam satu benang merah bahwa sepakbola atau politik akan indah apabila prosesnya berjalan dalam suasana yang jujur (fair play), saling menghormati (respect), dan antidiskriminasi dan SARA.

Penulis : M. Ramadhani


Sangat Viral 2018: Tahun Politik Atau Tahun Sepakbola?



Jika pertanyaan di atas ditanyakan kepada penulis, maka jawabannya ialah Tahun Sepakbola. Atau mungkin sedikit lebih luas 2018 ialah Tahun Olahraga. Di level dunia ada ada pesta sepakbola dunia (World Cup 2018) dan di level Asia ada pesta olahraga multi event Asia Games di Jakarta. Soal politik dan pilkada banyak yang memprediksi bahwa suhu politik akan memanas. Adalah Jusuf Kalla, politikus senior Golkar, sang Wapres, dengan enteng berseloroh: “Hangat di pembicaraan tapi tetap hambar di lapangan. Semua akan mengalir dan pada saatnya akan hambar kembali”. Sebuah statement pemimpin yang menenangkan.

Tahun 2017 sudah berakhir. Jejak-jejak waktu di tahun 2017 secara highlight dengan gampang dan cepat sanggup ditelusuri dengan membuka galeri foto dan status di media sosial. Lalu, selamat tiba 2018. Optimisme dan harapan harus tetap dirawat. Setidaknya 171 tempat akan menggelar pemilihan eksklusif kepala tempat (Pilkada), terdiri dari 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten. Parpol yang mengusung bakal calon kepala tempat akan memosisikan kemenangan Pilkada sebagai “babak kualifikasi” dan fondasi untuk sukses dalam Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden yang akan digelar serentak di Tahun 2019. Tahun 2018 ialah tahun politik.

Dalam sebuah ulasan ekonomi 2018 disebutkan Belanja Pemerintah di Tahun 2018 ialah APBN rasa Populis. Begitu banyak anggaran diecer eksklusif ke masyarakat. Semuanya sah-sah saja. Toh selama memberi pengaruh eksklusif kepada masyarakat lapis terendah, akan lebih memberi pengaruh luas, dibanding stimulus dan insentif yang diberikan kepada pelaku ekonomi kelas atas.

Lalu, apakah yang menarik selain melulu soal politik di Tahun 2018? Setidaknya ada dua lagi momentum yang semenjak kini di beberapa spot dibentuk hitung mundur (countdown) yaitu: World Cup 2018 di Rusia dan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang. Lalu pertanyaan lanjutannya, manakah yang lebih menarik dan menghibur? Politikkah? Sepakbola? Tentu akan ada banyak jawaban. Masing masing akan menjawab dengan argumentasi dan analisisnya masing masing.

Bagi penulis sendiri membuka peluang bahwa kedua-duanya menarik dan justru ada benang merahnya. Bagi Sindhunata, seorang filosof yang juga seorang jurnalis, sepakbola ialah sumber ilham dalam banyak hal, termasuk dalam politik. Dari catatannya kita bisa mengurai satu persatu hubungan antara sepakbola dengan sosial, ekonomi, politik, psikologi, filsafat atau apapun itu. Sindhunata dalam tulisannya, politik yang akan mewarnai sepakbola ataukah sebaliknya: sepakbola akan melebur hiruk pikuk politik menjadi sebuah hiburan?

Antara Cristiano Ronaldo, Ridwan Kamil dan Jokowi

Ada yang tidak mengenal tokoh tokoh di atas? Dalam banyak hal, ketiga tokoh ini ialah sebetulnya “pemain bola yang berpolitik” atau Politikus yang paham Sepakbola. Ronaldo, striker Tim Nasional Portugal dan Klub elit Real Madrid, ialah peraih FIFA Ballon D’Or, penghargaaan pemain sepakbola dunia terbaik sejagat. 4 tahun berturut turut. Dengan penghasilan Rp 5,3 T setahun dan 120.582.603 pengikutnya di media sosial. Dengan kepemimpinnya, Portugal justru menjadi Juara Eropa bukan pada ketika menjadi tuan rumah tahun 2012. Tapi Justru di Tahun 2016. Melawan Perancis yang menjadi tuan rumah dan menjadi unggulan. Kemampuannya memotivasi ketika detik detik tamat final dari dingklik cadangan, ialah menyerupai pemimpin politik yang berdiri di tengah tengah krisis politik. Maka ketika itu, Cristiano Ronaldo ialah “presiden” Portugal. Lalu adakah yang mengenal nama Presiden Portugal? Jangan jangan ada yang menyebut Cristiano Rinaldo, presidennya.

Lalu Ridwan Kamil, seorang arsitek profesional yang kemudiaan menjadi Walikota Bandung. Salah satu kandidat besar lengan berkuasa Gubernur Provinsi Jawa Barat dalam Pilkada 2018. Seperti Cristiano Ronaldo: ganteng, smart dan lihai memaksimalkan media umum dengan follower 3.256.122. Ide-ide nya dalam membangun Kota Bandung mirip skill dribling dan shooting Ronaldo atau Lionel Messi dalam memanfaatkan untuk menjadi gol dalam setiap pertandingan. Selalu menjadi pembeda dan solution maker di tengah kejenuhan dan kebuntuan suatu rutinitas dalam pakem pembangunan yang “business as usual”. Sebagai Walikota Bandung dan juga pendukung Persib, ia dengan lihai memanfaatkan eforia kesuksesan Persib menjadi juara Liga Indonesia untuk larut bersama bobotoh yang juga ialah “potential voter” yang besar.

Sementara Joko Widodo, ialah pemain dengan tipikal pekerja keras. Ahli Percepatan. 5 Tahun cukup baginya untuk meraih jabatan politik yang “wah” : Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Republik Indonesia dengan penduduk 250 juta jiwa. Meski berperawakan kurus, “klemat klemot” khas orang Jawa Solo, Jokowi ialah antitesa dari agresivitas gol Cristiano Ronaldo atau sang Walikota Ridwan Kamil yang elegan. Maka Jokowi ialah tipikal pemain bertahan (defensif). Dalam sistem defensif ini, pemain hanya betah di wilayahnya sendiri. Bertualang di tempat lawan sebisa-bisanya diminimalkan. Ide untuk menciptakan dan menentukan permainan, inisiatif untuk menyerang, memprovokasi supaya lawan juga mengatakan rujukan permainannya, semua ialah “larangan” dalam birokrasi sistem defensif. Sebaliknya, menanti dan mengharapkan lawan melaksanakan kesalahan, menanti kesempatan “counter”. Jokowi dengan sabar dan setia dibarisan belakang dan bisa mengoptimalkan semua pemain lain di semua lini untuk membentuk tim yang solid dan produktif. Lawan lawan politiknya takluk secara pelan pelan. Ibarat Timnas Italia, menjadi Juara Dunia 2010 atau tim non unggulan Estonia di Piala Dunia 2018 mendatang.

Tahun 2018: Siapakah Makara Pemenang?

Lalu pertanyaannya, di Tahun Politik, di Pilkada 2018, apakah periode politik menyerang atau justru kemenangan bagi politik bertahan? Apakah Cristiano Ronaldo akan kembali berjaya di Wold Cup Rusia? Yang terperinci Belanda, atau identik dengan Ahok, sang penganut filosofi menyerang (total football), tergoda oleh stareginya yang over agresif. Tetapi juga di sisi lain, Timnas Italia, sang penganut ketat politik bertahan sudah gugur di putaran final. Apakah ini bertanda pemain bertahan mirip Jokowi akan mirip itu? Ataukah kejayaan bagi penganut politik populis ala Ridwal Kamil?

Menurut Penulis, di tengah kegalauan yang amat sangat, makin lebarnya antara keinginan dan tuntutan kebutuhan, tekanan ekonomi yang makin berat, inflasi yang tidak terkendali, suku bunga bank yang tidak stabil, pajak yang makin mencekik, maka banyak mahir ekonomi dan futurolog yang memprediksi ekonomi akan bergerak realistis dan bahkan cenderung pesimistis. Para penonton, para pemilih, ataupun masyarakat kebanyakan akan lebih gampang menyukai dan mendapatkan “janji-janji” politik dan taktik permainan yang populis. Permainan politik yang santun dan menenangkan. Yang bisa bertahan dan memaksimalkan kemampuan yang ada untuk mencapai cita-cita impiannya. Sabar bertahan tetapi juga lihai menyerang pada ketika saat yang tepat.

Siapakah ia pemenangnya? Kita tunggu saja dan catat tanggal mainnya. Pilkada serentak telah dimulai semenjak proses registrasi penerima awal Januari 2018 dan akan memuncak pada pemungutan bunyi 27 Juni 2018. Sementara World Cup 2018 telah menentukan 32 penerima putaran final dan akan saling bertarung dari 14 Juni-15 Juli 2018.

Melihat puncak eskalasinya hampir berdekatan, tampaknya informasi Pilkada dan World Cup akan saling merebut headline media massa dan hiruk pikuk di media umum di medio Juli-Juli mendatang. Menurut penulis, situasi psikologis antara pencinta sepakbola dan penikmat politik akan berjalan linier. Tahun 2018 apakah tahun politik atau tahun sepakbola? jawabannya ialah akan bertemu dalam satu benang merah bahwa sepakbola atau politik akan indah apabila prosesnya berjalan dalam suasana yang jujur (fair play), saling menghormati (respect), dan antidiskriminasi dan SARA.

Penulis : M. Ramadhani


Sangat Viral Piala Dunia 2018: 11 Kota, 12 Stadion


Keseruan Piala Dunia tak lengkap tanpa kehadiran stadion-stadion megah nan indah di setiap edisinya. Begitu pula dengan Piala Dunia 2018.

Piala Dunia tahun depan akan digelar di Rusia. Sebanyak 12 venue sudah disiapkan yang tersebar di 11 kota. Moskow jadi kota dengan jumlah stadion paling banyak adalah dua, Luzhniki Stadium dan Spartak Stadium.

Ada lima stadion yang gres dibangun adalah Cosmos Arena, Mordovia Arena, Rostov Arena, Volgograd Arena, Nizhny Novgorod Stadium, dan Kalinigrad Stadium. Sementara ada dua stadion yang dipugar atau dibangun kembali.

Moskow dan Saint-Petersburg jadi kota yang paling sering menggelar pertandingan adalah masing-masing tujuh. Laga pembuka dan selesai akan digelar di Luzhniki Stadium yang berkapasitas paling besar, 81 ribu daerah duduk.


Sangat Viral Piala Dunia 2018: 11 Kota, 12 Stadion


Keseruan Piala Dunia tak lengkap tanpa kehadiran stadion-stadion megah nan indah di setiap edisinya. Begitu pula dengan Piala Dunia 2018.

Piala Dunia tahun depan akan digelar di Rusia. Sebanyak 12 venue sudah disiapkan yang tersebar di 11 kota. Moskow jadi kota dengan jumlah stadion paling banyak adalah dua, Luzhniki Stadium dan Spartak Stadium.

Ada lima stadion yang gres dibangun adalah Cosmos Arena, Mordovia Arena, Rostov Arena, Volgograd Arena, Nizhny Novgorod Stadium, dan Kalinigrad Stadium. Sementara ada dua stadion yang dipugar atau dibangun kembali.

Moskow dan Saint-Petersburg jadi kota yang paling sering menggelar pertandingan adalah masing-masing tujuh. Laga pembuka dan selesai akan digelar di Luzhniki Stadium yang berkapasitas paling besar, 81 ribu daerah duduk.


Sangat Viral Piala Dunia 2018: 11 Kota, 12 Stadion


Keseruan Piala Dunia tak lengkap tanpa kehadiran stadion-stadion megah nan indah di setiap edisinya. Begitu pula dengan Piala Dunia 2018.

Piala Dunia tahun depan akan digelar di Rusia. Sebanyak 12 venue sudah disiapkan yang tersebar di 11 kota. Moskow jadi kota dengan jumlah stadion paling banyak adalah dua, Luzhniki Stadium dan Spartak Stadium.

Ada lima stadion yang gres dibangun adalah Cosmos Arena, Mordovia Arena, Rostov Arena, Volgograd Arena, Nizhny Novgorod Stadium, dan Kalinigrad Stadium. Sementara ada dua stadion yang dipugar atau dibangun kembali.

Moskow dan Saint-Petersburg jadi kota yang paling sering menggelar pertandingan adalah masing-masing tujuh. Laga pembuka dan selesai akan digelar di Luzhniki Stadium yang berkapasitas paling besar, 81 ribu daerah duduk.


Sangat Viral Inilah 7 Tim Yang Memastikan Lolos Ke 8 Besar Piala Presiden 2018.


Piala Presiden 2018 sudah berlangsung semenjak 16 Januari 2018 kemudian dan mempertemukan Persib Bandung versus Sriwijaya FC di laga pembuka. Kini tiga dari lima grup yang ada telah menuntaskan seluruh pertandingannya. Ketiga grup itu yakni Grup A, Grup B, dan Grup C.

Sedangkan Grup D dan E akan memainkan laga pemungkas di masing-masing grup pada Senin (29/01/18) dan Selasa (30/01/18).

Meskipun pertandingan di fase grup belum selesai seluruhnya, namun sudah ada tujuh tim yang memastikan diri melaju ke babak delapan besar Piala Presiden 2018. Di Piala Presiden 2018 ini, juara grup otomatis lolos ke babak delapan besar. Sedangkan hanya tiga runner up grup terbaik yang berhak menantang para juara grup di babak delapan besar.

Tiga tim telah memastikan diri menjadi juara grup. Sedangkan dua juara grup lagi masih akan ditentukan di pertandingan terakhir. Dua tim telah memastikan diri menjadi runner up terbaik di grup A dan C.

Sedangkan runner up grup D meski sudah dipastikan lolos, namun gres akan diketahui siapa tim yang menjadi runner up usai laga antara Bali United melawan Persija malam nanti.

Satu daerah tersisa di babak delapan besar akan diperebutkan oleh Arema FC dan Bhayangkara FC.

Berikut ini  tim-tim yang telah memastikan diri melaju ke babak delapan besar Piala Presiden 2018.

Sriwijaya FC

Sriwijaya FC lolos ke babak delapan besar Piala Presiden 2018 dengan status juara grup dengan poin enam hasil dari dua kemenangan dan satu kali menderita kekalahan. Kekalahan tersebut didapat anak bimbing Rahmad Darmawan di laga perdana Piala Presiden 2018 melawan Persib Bandung. Kala itu Sriwijaya FC kalah dengan skor 1-0 alasannya yakni gol dari Oh In-kyun.

Sudah kalah di laga perdana, Sriwijaya FC mengamuk di laga kedua menghadapi PSM Makassar. Laskar Wong Kito membantai Juku Eja yang dihuni para pemain muda dengan skor 3-0. Gol dari Sriwijaya masing-masing dicetak oleh Adam Alis, penalti dari Makan Konate, dan gol dari Manu Dzhalilov.

Di laga pamungkas, Sriwijaya menghadapi PSMS Medan. Sriwijaya FC membutuhkan kemenangan untuk lolos sambil berharap Persib Bandung meraih hasil negatif. Sempat bermain 0-0 di babak pertama, Sriwijaya pribadi tancap gas di babak kedua. Satu gol bunuh diri dari Samuel Sibatuara dan gol penalti dari Makan Konate membawa Sriwijaya FC menjadi juara grup dengan unggul selisih gol atas PSMS, dan Persib gagal meraih hasil positif.

PSMS Medan

PSMS Medan bermain dengan apik di dua laga Grup A Piala Presiden 2018. PSMS memetik kemenangan dengan skor 2-1 atas PSM Makassar. Gol dari Suhandi dan Antony Nugroho hanya dibalas oleh satu gol dari Guy Junior.

Di laga kedua, PSMS menciptakan kejutan dengan menjungkalkan tuan rumah Persib Bandung dengan skor 2-0. Dua gol dengan jarak waktu yang tak begitu jauh dicetak Frets Butuan dan Antoni Putri di babak pertama. Selain dua gol tersebut, penampilan apik penjaga gawang Abdul Rohim yang mementahkan banyak peluang Maung Bandung, menjadi faktor penting dalam kemenangan PSMS Medan.

Meski tampil apik di dua laga sebelumnya, PSMS harus menderita kekalahan di partai pamungkas. PSMS dikalahkan Sriwijaya FC dengan dua gol tanpa balas. Kekalahan itu menciptakan PSMS Medan bercokol di posisi kedua klasemen tamat Grup A. Tapi, PSMS dinyatakan lolos ke babak delapan besar sebagai salah satu runner up terbaik. Hal ini dikarenakan enam poin dari PSMS tak akan bisa disusul oleh runner up Grup B dan Grup E.

Mitra Kukar

Mitra Kukar memastikan lolos sebagai juara Grup B dengan poin sempurna, 9. Tiga kemenangan berhasil disapu higienis oleh Naga Mekes di fase grup.

Mitra Kukar mengawali Piala Presiden 2018 dengan kemenangan 2-0 atas Martapura FC. Brace dari Fernando Rodriguez Ortega tak bisa dibalas oleh Martapura FC.

Di laga kedua, giliran Hendra Bayauw yang menjadi jagoan bagi Mitra Kukar. Satu golnya ke gawang Kalteng Putra membawa Mitra Kukar meraih kemenangan kedua di Piala Presiden 2018.

Pada laga pamungkas, Mitra Kukar harus berhadapan dengan tim berpengaruh Barito Putera. Laga tersebut menjadi penentu posisi juara Grup B. Sempat hampir tertinggal alasannya yakni penalti Rizky Pora (yang karenanya gagal), Mitra Kukar bisa menang dengan skor tipis 1-0 berkat penalti dari Fernando Rodriguez Ortega di menit tamat babak pertama.

Persebaya Surabaya

Persebaya Surabaya meraih hasil kurang memuaskan di laga perdana Grup C. Bajul Ijo hanya bisa meraih hasil imbang 1-1 melawan PS TNI. Tertinggal lebih dulu alasannya yakni gol Manahati Lestusen, Persebaya bisa terhindar dari kekalahan berkat gol Ferinando Pahabol.

Barulah di laga kedua, Persebaya bisa memetik kemenangan. Melawan Perseru Serui, Persebaya meraup tiga poin berkat gol Rishadi Fauzi dan gol pemain terbaik Liga 2 2017, Irfan Jaya.

Dan di laga pamungkas, Persebaya memastikan diri menjadi juara Grup C dengan poin 7 berkat kemenangan 1-0 atas Madura United. Gol spektakuler dari Ferinando Pahabol menciptakan Bajul Ijo melangkahkan kaki ke babak delapan besar.

Madura United

Madura United menjadi tim pertama yang bisa mencetak lima gol dalam satu pertandingan di Piala Presiden 2018. Lima gol berhasil mereka sarangkan ke gawang Perseru Serui. Dua gol Greg Nwokolo, ditambah gol dari Bayu Gatra, Gonzales, dan Maitimo membawa Sapeh Kerrab meraih tig poin.

Kegemilangan Madura United masih berlanjut di pertandingan kedua. Melawan PS TNI, Madura United menang dengan skor 3-1. Bayu Gatra, Greg Nwokolo, dan Gonzales kembali mencetak gol di pertandingan ini. Sayangnya di laga terakhir, Madura United dikalahkan Persebaya dengan skor 1-0. Meski begitu, Madura United tetap lolos ke delapan besar sebagai salah satu runner up terbaik. Hal ini dikarenakan enam poin dari MU tak akan bisa disusul oleh runner up Grup B dan Grup E.

Persija Jakarta

Persija Jakarta yang diperkuat para penggawa gres berhasil meraih kemenangan di pertandingan pertama. Menghadapi PSPS, Persija menang 3-0 berkat gol dari Marko Simic, gol penalti dari Ismed Sofyan, dan gol dari legenda hidup Bambang Pamungkas.

Pada pertandingan selanjutnya, Persija kembali meraih kemenangan. Kali ini yang dikalahkan yakni Borneo FC. Dua gol Marko Simic menciptakan Pesut Etam tak berdaya.

Dengan dua kemenangan tersebut sudah cukup mengantarkan Macan Kemayoran. Pasalnya enam poin Persija tak akan terkejar oleh runner up Grup B dan Grup E. Persija tinggal melawan Bali United untuk memastikan status juara atau runner up Grup D.

Bali United

Sama menyerupai Persija, Bali United yang telah meraih enam poin, sudah memastikan satu daerah di babak delapan besar. Bali United akan berduel dengan Persija untuk memilih juara Grup D.

Bali United dua kali meraih kemenangan dramatis di Grup D. Saat melawan Borneo FC, Bali United menang dengan skor 3-2 berkat gol di injury time dari Lilipaly yang juga mencetak hattrick di laga itu.

Saat melawan PSPS, hasil dramatis dengan skor 3-2 kembali terjadi. Kali ini para pemain muda menjadi jagoan Bali United. Martinus Novianto, I Nyoman Sukarja, dan Ikhwan Azka menjadi pencetak gol bagi Bali United.

Sangat Viral Inilah 7 Tim Yang Memastikan Lolos Ke 8 Besar Piala Presiden 2018.


Piala Presiden 2018 sudah berlangsung semenjak 16 Januari 2018 kemudian dan mempertemukan Persib Bandung versus Sriwijaya FC di laga pembuka. Kini tiga dari lima grup yang ada telah menuntaskan seluruh pertandingannya. Ketiga grup itu yakni Grup A, Grup B, dan Grup C.

Sedangkan Grup D dan E akan memainkan laga pemungkas di masing-masing grup pada Senin (29/01/18) dan Selasa (30/01/18).

Meskipun pertandingan di fase grup belum selesai seluruhnya, namun sudah ada tujuh tim yang memastikan diri melaju ke babak delapan besar Piala Presiden 2018. Di Piala Presiden 2018 ini, juara grup otomatis lolos ke babak delapan besar. Sedangkan hanya tiga runner up grup terbaik yang berhak menantang para juara grup di babak delapan besar.

Tiga tim telah memastikan diri menjadi juara grup. Sedangkan dua juara grup lagi masih akan ditentukan di pertandingan terakhir. Dua tim telah memastikan diri menjadi runner up terbaik di grup A dan C.

Sedangkan runner up grup D meski sudah dipastikan lolos, namun gres akan diketahui siapa tim yang menjadi runner up usai laga antara Bali United melawan Persija malam nanti.

Satu daerah tersisa di babak delapan besar akan diperebutkan oleh Arema FC dan Bhayangkara FC.

Berikut ini  tim-tim yang telah memastikan diri melaju ke babak delapan besar Piala Presiden 2018.

Sriwijaya FC

Sriwijaya FC lolos ke babak delapan besar Piala Presiden 2018 dengan status juara grup dengan poin enam hasil dari dua kemenangan dan satu kali menderita kekalahan. Kekalahan tersebut didapat anak bimbing Rahmad Darmawan di laga perdana Piala Presiden 2018 melawan Persib Bandung. Kala itu Sriwijaya FC kalah dengan skor 1-0 alasannya yakni gol dari Oh In-kyun.

Sudah kalah di laga perdana, Sriwijaya FC mengamuk di laga kedua menghadapi PSM Makassar. Laskar Wong Kito membantai Juku Eja yang dihuni para pemain muda dengan skor 3-0. Gol dari Sriwijaya masing-masing dicetak oleh Adam Alis, penalti dari Makan Konate, dan gol dari Manu Dzhalilov.

Di laga pamungkas, Sriwijaya menghadapi PSMS Medan. Sriwijaya FC membutuhkan kemenangan untuk lolos sambil berharap Persib Bandung meraih hasil negatif. Sempat bermain 0-0 di babak pertama, Sriwijaya pribadi tancap gas di babak kedua. Satu gol bunuh diri dari Samuel Sibatuara dan gol penalti dari Makan Konate membawa Sriwijaya FC menjadi juara grup dengan unggul selisih gol atas PSMS, dan Persib gagal meraih hasil positif.

PSMS Medan

PSMS Medan bermain dengan apik di dua laga Grup A Piala Presiden 2018. PSMS memetik kemenangan dengan skor 2-1 atas PSM Makassar. Gol dari Suhandi dan Antony Nugroho hanya dibalas oleh satu gol dari Guy Junior.

Di laga kedua, PSMS menciptakan kejutan dengan menjungkalkan tuan rumah Persib Bandung dengan skor 2-0. Dua gol dengan jarak waktu yang tak begitu jauh dicetak Frets Butuan dan Antoni Putri di babak pertama. Selain dua gol tersebut, penampilan apik penjaga gawang Abdul Rohim yang mementahkan banyak peluang Maung Bandung, menjadi faktor penting dalam kemenangan PSMS Medan.

Meski tampil apik di dua laga sebelumnya, PSMS harus menderita kekalahan di partai pamungkas. PSMS dikalahkan Sriwijaya FC dengan dua gol tanpa balas. Kekalahan itu menciptakan PSMS Medan bercokol di posisi kedua klasemen tamat Grup A. Tapi, PSMS dinyatakan lolos ke babak delapan besar sebagai salah satu runner up terbaik. Hal ini dikarenakan enam poin dari PSMS tak akan bisa disusul oleh runner up Grup B dan Grup E.

Mitra Kukar

Mitra Kukar memastikan lolos sebagai juara Grup B dengan poin sempurna, 9. Tiga kemenangan berhasil disapu higienis oleh Naga Mekes di fase grup.

Mitra Kukar mengawali Piala Presiden 2018 dengan kemenangan 2-0 atas Martapura FC. Brace dari Fernando Rodriguez Ortega tak bisa dibalas oleh Martapura FC.

Di laga kedua, giliran Hendra Bayauw yang menjadi jagoan bagi Mitra Kukar. Satu golnya ke gawang Kalteng Putra membawa Mitra Kukar meraih kemenangan kedua di Piala Presiden 2018.

Pada laga pamungkas, Mitra Kukar harus berhadapan dengan tim berpengaruh Barito Putera. Laga tersebut menjadi penentu posisi juara Grup B. Sempat hampir tertinggal alasannya yakni penalti Rizky Pora (yang karenanya gagal), Mitra Kukar bisa menang dengan skor tipis 1-0 berkat penalti dari Fernando Rodriguez Ortega di menit tamat babak pertama.

Persebaya Surabaya

Persebaya Surabaya meraih hasil kurang memuaskan di laga perdana Grup C. Bajul Ijo hanya bisa meraih hasil imbang 1-1 melawan PS TNI. Tertinggal lebih dulu alasannya yakni gol Manahati Lestusen, Persebaya bisa terhindar dari kekalahan berkat gol Ferinando Pahabol.

Barulah di laga kedua, Persebaya bisa memetik kemenangan. Melawan Perseru Serui, Persebaya meraup tiga poin berkat gol Rishadi Fauzi dan gol pemain terbaik Liga 2 2017, Irfan Jaya.

Dan di laga pamungkas, Persebaya memastikan diri menjadi juara Grup C dengan poin 7 berkat kemenangan 1-0 atas Madura United. Gol spektakuler dari Ferinando Pahabol menciptakan Bajul Ijo melangkahkan kaki ke babak delapan besar.

Madura United

Madura United menjadi tim pertama yang bisa mencetak lima gol dalam satu pertandingan di Piala Presiden 2018. Lima gol berhasil mereka sarangkan ke gawang Perseru Serui. Dua gol Greg Nwokolo, ditambah gol dari Bayu Gatra, Gonzales, dan Maitimo membawa Sapeh Kerrab meraih tig poin.

Kegemilangan Madura United masih berlanjut di pertandingan kedua. Melawan PS TNI, Madura United menang dengan skor 3-1. Bayu Gatra, Greg Nwokolo, dan Gonzales kembali mencetak gol di pertandingan ini. Sayangnya di laga terakhir, Madura United dikalahkan Persebaya dengan skor 1-0. Meski begitu, Madura United tetap lolos ke delapan besar sebagai salah satu runner up terbaik. Hal ini dikarenakan enam poin dari MU tak akan bisa disusul oleh runner up Grup B dan Grup E.

Persija Jakarta

Persija Jakarta yang diperkuat para penggawa gres berhasil meraih kemenangan di pertandingan pertama. Menghadapi PSPS, Persija menang 3-0 berkat gol dari Marko Simic, gol penalti dari Ismed Sofyan, dan gol dari legenda hidup Bambang Pamungkas.

Pada pertandingan selanjutnya, Persija kembali meraih kemenangan. Kali ini yang dikalahkan yakni Borneo FC. Dua gol Marko Simic menciptakan Pesut Etam tak berdaya.

Dengan dua kemenangan tersebut sudah cukup mengantarkan Macan Kemayoran. Pasalnya enam poin Persija tak akan terkejar oleh runner up Grup B dan Grup E. Persija tinggal melawan Bali United untuk memastikan status juara atau runner up Grup D.

Bali United

Sama menyerupai Persija, Bali United yang telah meraih enam poin, sudah memastikan satu daerah di babak delapan besar. Bali United akan berduel dengan Persija untuk memilih juara Grup D.

Bali United dua kali meraih kemenangan dramatis di Grup D. Saat melawan Borneo FC, Bali United menang dengan skor 3-2 berkat gol di injury time dari Lilipaly yang juga mencetak hattrick di laga itu.

Saat melawan PSPS, hasil dramatis dengan skor 3-2 kembali terjadi. Kali ini para pemain muda menjadi jagoan Bali United. Martinus Novianto, I Nyoman Sukarja, dan Ikhwan Azka menjadi pencetak gol bagi Bali United.