Kamis, 05 April 2018

Sangat Viral Jessica Lolos Menjadi Relawan Piala Dunia 2018 Di Rusia

Jessica Lolos Menjadi Relawan Piala Dunia  Sangat Viral Jessica Lolos Menjadi Relawan Piala Dunia 2018 di Rusia

Dua tahun menunggu, Jessica hasilnya terpilih jadi relawan Piala Dunia 2018 di Rusia. Ketika kesempatan sudah terbuka, Jessica malah belum bisa memastikan keberangkatannya. Biaya menjadi hambatan utama.

Surat elektronik yang dinanti-nanti hasilnya tiba. Tanggal 21 Maret kemudian menjadi hari yang tak akan dilupakan Jessica. Gadis 23 tahun itu menerima surat elektronik dari Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA). E-mail dari FIFA itu menawari Jessica untuk menjadi relawan Piala Dunia pada Juni untuk posisi akreditasi. Dia menyisihkan cukup banyak pendaftar. "Sebenarnya nggak kepikiran bakal kepilih. Tapi, pas dibuka kok lolos. Dibaca berkali-kali, nggak salah kirim ini," kata Jessica dikala ditemui Jawa Pos di Cimahi Jumat pekan kemudian (30/3).

Sejatinya, mahasiswi semester dua Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Yapari ABA Bandung itu sudah mendapatkan e-mail kepastian lolos dari FIFA pada Februari Namun, Jessica gres yakin sesudah mendapatkan e-mail pada 21 Maret. Isinya, tawar­an posisi sebagai relawan di bidang akreditasi. "Proses awalnya semenjak 2016, gres sanggup kepastian yang di e-mail terakhir itu," ujarnya.

Jika merunut dari proses awal, seleksi untuk relawan Piala Dunia 2018 memang dilakukan bertahap. FIFA pada 2016 membuka kesempatan relawan untuk dua acara sekaligus. Yakni, Piala Konfederasi 2017 dan Piala Dunia 2018. Jessica yang terbiasa menjadi relawan guru bahasa Inggris untuk anak SD hingga Sekolah Menengan Atas melamar untuk dua acara itu. "Yang konfederasi gagal, oh ya sudah. Makanya, pas sanggup e-mail Februari sudah feeling paling nggak kepilih lagi. Eh, ternyata lolos," sambungnya.

Seleksi menjadi relawan dilakukan dalam dua tahap. Tes pertama ialah kemampuan bahasa Inggris melalui sejumlah soal seakan-akan tes melamar kerja. Tes kedua ialah wawancara via Skype. Dia ingat betul ketika itu menjalani wawancara pribadi dengan pihak FIFA pada 22 November 2016 pukul 20.00 WIB. "Saya pilih jam 8 malam alasannya ialah waktu itu masih bekerja. Sekalian juga semoga jadwal yang di sana (Eropa) tidak terlalu malam," ujar karyawan salah satu perusahaan biro obat dan makanan itu.

Wawancara selama 40 menit via Skype dilakoni apa adanya. Bahkan, dikala ditanya mengapa menentukan menjadi relawan event sepak bola, Jessica menjawab bahwa dirinya hanya ingin menjadi relawan. Bukan tertarik dengan sepak bolanya. Dikatakan, menjadi relawan ialah salah satu ketertarikannya, dengan tidak menentukan posisi. "Makanya, saya kaget juga kenapa kepilih. Waktu itu bilang emang nggak suka bola. Tapi, pertanyaan-pertanyaan lain memang lebih mengarah ke personality," ungkapnya.

Meski begitu, Jessica dikala ini mulai berguru sedikit wacana sepak bola dan sejarah Piala Dunia melalui video online pembinaan yang dikirim FIFA. Mulai sejarah pertama Piala Dunia, nama-nama pemain legenda Rusia, termasuk sejarah stadion daerah perhelatan Piala Dunia nanti. Jessica juga sudah menerima kepastian akan ditugaskan di Kota Nizhny Novgorod. Stadion dengan kapasitas 45 ribu penonton itu menerima kesempatan menghelat empat jadwal pertandingan, salah satunya ialah Argentina vs Kroasia.

"Saya juga sudah dikasih panduan. Kalau jadi relawan, yang harus dilakuin itu ini, ini, ini. Larangannya juga ini, ini, ini. Semua dikasih via e-mail." Setelah memastikan terpilih, Jessica juga mengetahui bahwa panitia FIFA hanya menanggung biaya hidup relawan dikala berada di Rusia. Lebih spesifik lagi, FIFA hanya menanggung daerah tinggal dan makan selama relawan itu bekerja. Artinya, dikala menerima sif kerja pagi, Jessica hanya menerima jatah makan pagi. Jessica harus mencari biaya sendiri mulai tiket pesawat Rusia-Indonesia pergi pulang hingga biaya makan di luar sif kerja. "Total biaya yang saya butuhkan sekitar Rp 49 juta. Kalau biaya sendiri, mana mungkin," sambungnya.

Meski anak tunggal, semenjak lulus Sekolah Menengan Atas pada 2012, Jessica tidak bisa pribadi kuliah alasannya ialah harus bekerja lebih dahulu me­ngumpulkan biaya. "Karena pas 2012 mau kuliah, papa keluar dari pekerjaan di Kalimantan. Otomatis ekonomi susah. Mama bilang waktu itu kalau buat uang masuk kuliah ada, tapi seterusnya belum. Pilihannya kuliah atau kerja. Saya pilih kerja dulu," ujar anak Heryanto Wijaya, 49, dan Linawati, 50, itu.

Setelah bekerja lima tahun, Jessica hasilnya memenuhi impian untuk kuliah pada 2017. Penghasilannya bekerja dipakai untuk biaya kuliah sambil tetap membagi waktu untuk bekerja. Jessica tidak mau merepotkan sang papa yang gres beberapa bulan ini menjadi driver ojek online dan mamanya yang selama ini membuka warung. "Jadi, teman-teman saya sudah pada lulus, saya gres semester dua, hahaha," katanya.

Hal itulah yang menciptakan Jessica berusaha mencari sponsor biaya melalui situs bantuan kitabisa. Jessica harus mencari dana sponsor alasannya ialah tidak bisa mengandalkan penghasilannya selama bekerja. Untuk dana terbang ke Rusia, Jessica mengaku bantuan di kitabisa belum signifikan. "Terakhir lihat gres Rp 200-an ribu, hehehe." Semangat Jessica untuk menuju Rusia juga sempat terganggu oleh pekerjaan. Ketika mengutarakan niatnya untuk cuti tanpa tanggungan honor kepada atasannya, Jessica menerima tanggapan yang mengejutkan.

"Bos saya malah bilang, gak usah galau. Pilihan kau cuma dua, tetap berangkat namun nanti cari kerjaan lain sesudah pulang atau kau tolak proposal (ke Rusia) itu," cetusnya. Jessica mengaku sempat shock dengan tanggapan atasannya tersebut. Betapa tidak, kesempatannya untuk menjadi relawan sekaligus mengasah kemampuan bahasa Inggris-nya di Rusia melayang. Dia juga semakin resah melihat grup Facebook para relawan Piala Dunia yang beliau ikuti alasannya ialah lebih banyak didominasi sudah menerima izin atau cuti dari perusahaannya.

"Saya sempat sakit hati. Sampai saya unfollow semua gosip FIFA, saya unfollow grup Facebook, e-mail apa pun saya cuekin. Lepasin aja, udahlah nggak dikejar lagi mimpinya," ceritanya. Namun, semenjak mengabaikan semua hal terkait Piala Dunia, justru semakin kepikiran. "Ada yang bilang, daripada sakit hati, bagusnya usahakan semampu yang kau bisa untuk berangkat," sebutnya. Setelah itu, Jessica merasa tidak terbebani dengan posisinya dikala ini.

Dia masih berusaha sekuat tenaga untuk mencari sponsor. Namun, di sisi lain, Jessica mengaku akan legawa jikalau memang hingga batas selesai nanti dirinya tidak menerima cukup dana. "Kalaupun saya berhasil berangkat, mungkin saya akan meninggalkan kantor. Kalau nggak berhasil, yang penting saya sudah berusaha," ungkapnya sambil tersenyum.

Sumber : Jawa Pos

Related Posts:

  • Sangat Viral Ronaldo Sang Penghibur Cristiano Ronaldo yaitu “keindahan”. Menyaksikan aksi-aksi penyerang andalan Real Madrid itu di lapangan hijau, menyerupai melihat keindahan sepak bola itu sendiri. Oh.. tidak..Tentu saja tidak semua oke dengan pernyataa… Read More
  • Sangat Viral Lubang Hitam Real Madrid Gerbang krisis semakin dekat. Mereka bangkit di daerah itu, dirundung kecemasan. Real Madrid, hasil buruk, disusul buruknya penampilan, kemudian penurunan performa. Hingga pertengahan trend 2017/2018, Real Madrid sudah te… Read More
  • Sangat Viral 2018: Tahun Politik Atau Tahun Sepakbola? Jika pertanyaan di atas ditanyakan kepada penulis, maka jawabannya ialah Tahun Sepakbola. Atau mungkin sedikit lebih luas 2018 ialah Tahun Olahraga. Di level dunia ada ada pesta sepakbola dunia (World Cup 2018) dan di le… Read More
  • Sangat Viral Piala Dunia 2018: 11 Kota, 12 Stadion Keseruan Piala Dunia tak lengkap tanpa kehadiran stadion-stadion megah nan indah di setiap edisinya. Begitu pula dengan Piala Dunia 2018. Piala Dunia tahun depan akan digelar di Rusia. Sebanyak 12 venue sudah disiapkan y… Read More
  • Sangat Viral Memahami Geografi Spanyol Lewat La Liga Salah satu laba menjadi pemerhati sepak bola Eropa ialah kita menjadi semakin memahami kondisi geografis negara-negara di Eropa. Tanpa perlu mencar ilmu geografi kedaerahan, dengan sendirinya kita akan tahu nama, letak da… Read More

 
Closeagen judi bola