Minggu, 09 November 2014

Terkini Saya Ingin Jadi Pemain Timnas


Yadi Mulyadi

Usianya gres 12 tahun. Mengenakan jaket berlambang Garuda di dada dan bertuliskan Indonesia di punggungnya, ia melangkah masuk ke ruang pertemuan di Kantor Kemendikbud bersama anggota timnya. Disini, beliau akan berjumpa dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Siapa mengira, anak yang berasal dari Linggar Sari, Pleret, Purwakarta ini bisa terbang ke Sao Paulo, Brazil, Rabu (5/11) malam. Apalagi, membawa nama Indonesia di pundaknya dalam sebuah ajang Internasional,  piala dunia anak U-12.
Yadi Mulyadi, pemain terbaik AQUADNC sekaligus gelandang dari tim ASAD 313 Purwakarta bersama 11 temannya akan menjadi pahlawan Indonesia dalam kompetisi bergengsi kelas internasional. Kompetisi ini menghadirkan pemain bola anak terbaik dari seluruh dunia. Mereka akan mewakili Indonesia dalam Final Dunia Danone Nations Cup (DNC) ke 12, pada 14-16 November 2014, di Arena SC Corinthians Paulista, stadion tempat pembukaan piala dunia awal 2014 lalu.
Selain pemain terbaik, Yadi juga dipercaya menjadi kapten tim garuda muda. Dilihat sepintas, perawakannya seolah-olah penduduk Asia Tengah, India. Hidung mancung, mata belo, kulit sawo matang, menambah kharisma siswa kelas 1 SMPN 6 Purwakarta ini. Putra kedua pasangan Sunarya dan Liah ini bercita-cita ingin jadi pemain timnas profesional nantinya."Habis dari Brazil ini nanti mau jadi anggota timnas," kata Yadi sebelum berjumpa dengan Menteri Anies, Rabu (5/11) sore di Kantor Kemendikbud Jakarta.
Latihan Disiplin
Bisa menjadi wakil Indonesia di ajang internasional, bagi Yadi, tidak tiba begitu saja. Disiplin dan kerja keras dilakoninya untuk menggapai cita-citanya sebagai pemain bola profesional. "Latihan disiplin dimulai dari berdiri pagi, sholat subuh, dan latihan rutin," tuturnya.
Kecintaannya pada dunia sepak bola dimulai ketika usianya 7 tahun. Sebelum bergabung dengan tim orisinil sepak bola anak desa (ASAD), hampir setiap hari ia selalu menyempatkan diri bermain bola dengan teman-teman di kampungnya, desa Linggar Sari. Desa ini berlokasi di Pleret yang berjarak satu jam perjalanan dari Purwakarta, Jawa Barat. Untuk menuju kesana, dari Purwakarta bisa memakai angkutan umum dan disambung naik ojek selama 20 menit. 
Disiplin juga dilakukan Yadi dalam mengolah tubuhnya. Lari pagi dan sore dilakukannya untuk menjaga stamina. Rute yang digunakannya tak tanggung-tanggung, dari rumah ia jogging hingga ke Cirata, yang berbatasan dengan Bandung Barat.
Di bawah instruktur Jackson, seminggu belakangan, Yadi dan 11 hero kecil sepak bola Indonesia lainnya ini dikarantina di Batu, Malang, Jawa Timur. Latihan ini dilakukan pagi sore, pukul 07.00-08.30 pagi dan pukul 03.00-05.00 sore. Di siang harinya, antara pukul 09.00-12.00,mereka mencar ilmu layaknya anak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama lainnya.
Suka Pelajaran Bahasa Inggris
Berbincang dengan Yadi dan dua temannya, Ahludz dan Saiful takkan lepas dari tawa. Logat Sunda yang dicampur Bahasa Indonesia tak jarang mengocok perut orang-orang di sekitarnya. Tapi siapa sangka, ternyata Yadi gemar mencar ilmu Bahasa Inggris. "Paling yang disukai bahasa Inggris, semoga bisa ngomong sama orang disana," tutur Yadi polos.
Selama menjalani karantina, ia mengaku dikenalkan dengan bahasa latin dasar yang menjadi bahasa orisinil penduduk Brazil. "Dikasih tahu angka 1 hingga 10, selamat pagi, siang sore, terima kasih, dan lain-lain," katanya.
Kesempatan emas Yadi bisa hingga ke Brazil akan menjadi pengalaman tak terlupakan selama hidupnya. Brazil, juga menjadi tempat bersejarah buat Yadi alasannya ialah merupakan kampung halaman pemain sepak bola idolanya, Ronaldo. Bahkan, nomor punggung yang ia gunakan juga sama dengan nomor punggung sang idola, sembilan.
Sebelum bertanding di Sao Paulo, Yadi dan anggota tim lainnya terlebih dahulu akan ke Rio de Janeiro untuk melaksanakan latihan dan pertandingan persahabatan dengan belum dewasa dari kawasan asal instruktur Jackson tersebut. Perjalanan mereka kali ini akan terasa panjang. Tapi satu yang pasti, Yadi yakin akan bisa menciptakan Indonesia Raya berkumandang di Sao Paulo.
Mendikbud: Kalian Menang, Beasiswa Menunggu Disini
Sebelum berangkat, tim Garuda Muda dijadwalkan bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nachrowi. Namun sayang, aktivitas tersebut tak sanggup terealisasi alasannya ialah alasan teknis. Tak berkecil hati, pahlawan cilik ini hasilnya diterima Mendikbud Anies Baswedan di kantornya.
Menteri Anies memberikan rasa gembira dan dukungannya kepada para pejuang negara ini. Menteri Anies juga menjanjikan beasiswa bagi mereka sepulang dari Brazil jikalau mereka berhasil mempersembahkan medali bagi negara. "Kalau kalian berhasil mengumandangkan Indonesia Raya disana, maka akan saya beri hadiah beasiswa," katanya.
Selamat berjuang, Tim Garuda Muda! (Aline Rogeleonick)
Sumber : Kemdikbud.go.id